Majelis Kebun Sufi Cirebon Miliki Tradisi Literasi, Terbitkan Buku Manaqib Siti Fatimah

Majelis Kebun Sufi Cirebon Miliki Tradisi Literasi, Terbitkan Buku Manaqib Siti Fatimah

BUKU. Pose tatkala penulis memberikan cenderamata buku karyanya untuk narasumber dan tamu kehormatan. FOTO: SUWANDI/ RAKYAT CIREBON--

CIREBON - Majelis Kebun Sufi Cirebon menerbitkan buku tentang Manaqib Siti Fatimah. Acara peluncuran buku berlangsung Rabu, 16 Desember 2025. Seraya kegiatan ini dalam rangka menyambut peringatan maulid Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Pembina Majelis Kebun Sufi Habib Dr. Syeckh Muhammad Alcaff merupakan penulis bukunya.

"Sejak berdirinya hingga eksis sekarang Majelis Kebun Sufi punya tradisi literasi. Kami menerbitkan beberapa buku. Kami memiliki koleksi banyak buku. Dan sering mendiskusikan buku," ungkap Habib kapada wartawan koran Rakyat Cirebon..

"Buku Manaqib Siti Fatimah adalah pedoman amaliah dan suluk jamaah Majelis Kebun Sufi, bahwa mereka telah login dalam rombongan para pencinta Siti Fatimah. Cinta atas beliau akan membawa manfaat dalam 100 hal, seperti paling ringannya saat di alam barzakh, mahsyar, serta sirath (jembatan ukhrawi). Demikian sabda Nabi Muhammad SAW," sambungnya.

Menurut Habib, buku Manaqib Siti Fatimah penting menjadi referensi dan amalan bagi umat. "Manaqib Siti Fatimah bertujuan untuk memahami dan meneladani ajaran, karakter, serta kemuliaan putri Nabi tersebut. Siti Fatimah sumber inspirasi khususnya untuk kaum perempuan," tutur Direktur Pusat Studi Filsafat dan Pemikiran Islam ISIF.

Habib menegaskan, manaqib Siti Fatimah sesungguhnya sangat relevan sampai masa kini. "Manaqib Siti Fatimah ialah kisah sejarah, juga panduan praktis dan moral universal kita agar jadi insan yang tangguh, unggul, serta beriman. Dengan meneladani Siti Fatimah, kita dapat meneguhkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya," ujar pemerhati falsafah dan mistisisme Islam itu.

Momen peluncuran buku pun menghadirkan narasumber sejarawan dan budayawan muda dari Cirebon Farihin Niskala. "Naskah-naskah kuno bergenre sastra Islam seperti manuskrip, babad, serta hikayat membahas mengenai Siti Fatimah. Termasuk naskah di Cirebon," kata pustakawan alumnus UIN Siber Syekh Nurjati tersebut.

Pengaruh Siti Fatimah di Nusantara terlihat dalam sebuah upacara tradisi yang disebut "kenduri", yakni tradisi berkumpul, kemudian makan-makan dalam rangka memperingati kelahiran Siti Fatimah. Di Cirebon, tradisi semacam ini disebut "selametan". Pada praktiknya, tradisi selametan tidak hanya bermaksud sebatas memperingati kelahiran Siti Fatimah semata, melainkan menjelma dalam berbagai wujud ekspresi syukur masyarakat kepada Tuhan. 

"Selain selametan, kecintaan masyarakat Cirebon terhadap Siti Fatimah tampak pula dalam bentuk tradisi literasi keagamaan yang memuat ajaran "Syahadat Fatimah". Naskah yang menerangkan terkait ini bisa kita lacak di Keraton Kacirebonan, Cianjur, serta Leiden Belanda. Konon, ajaran Syahadat Fatimah dulu menjadi tradisi keagamaan di Kesultanan Cirebon"

"Bentuk Syahadat Fatimah berupa ikrar dan pengakuan bahwa Siti Fatimah adalah putri Rasulullah yang memiliki kedudukan mulia di mata umat Islam," jelas pengampu program NGASAH (Ngaji lan Kanda Sejarah) itu. (wan)

Sumber: