Ketut Mayoni, Mahasiswi Hindu yang Lulus Cumlaude di Kampus Islam

Kamis 15-09-2022,11:00 WIB

RAKYATCIREBON.ID, MATARAM - Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram menggelar wisuda pada akhir Juli lalu. Salah satu di antara yang mengikuti wisuda di perguruan

Ratusan pasang mata di Auditorium UIN Mataram mengarah kepada Ketut Mayoni saat perempuan asal Bali itu menaiki podium wisuda.

Tak lama kemudian, Rektor UIN Mataram Masnun Tahir memindahkan tali di topi wisuda Ketut Mayoni dari kiri ke kanan.

Ketut Mayoni merupakan mahasiswi yang lulus jenjang magister Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) UIN Mataram.

Perempuan kelahiran 1969 itu masuk program pascasarjana UIN Mataram pada 2020. Dua tahun kemudian Ketut Mayoni lulus dengan predikat cum laude. Satu-satunya perempuan di program studi yang sebagian besar mahasiswanya ustaz itu meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,80.

“Saya amat mengapresiasi semangat belajar Ni Ketut Mayoni,” ujar Masnun Tahir.

Demi meraih gelar master, Ketut Mayoni mempertahankan tesisnya tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dan partisipasi wali murid di masa pandemi di SDN Sasake, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah. Profesi sehari-harinya memang guru.

Kepada JPNN.com, Ketut Mayoni menceritakan mula-mula dirinya memilih mengejar gelar S2 di UIN Mataram. Sebelumnya, dia menyandang gelar sarjana setelah menyelesaikan kuliahnya di Universitas Terbuka (UT) pada 2008.  
Sembari kuliah, Ketut Mayoni juga mengajar di sekolah dasar negeri. Begitu menjadi sarjana, dia ngebet meneruskan pendidikannya. Namun, Ketut Mayoni disibukkan berbagai kegiatan.

Dia baru memiliki waktu agak longgar setelah diangkat menjadi kepala sekolah di SD Negeri 2 Batunyala sejak 3 tahun lalu.

Ketut Mayoni pun mulai memikirkan jurusan untuk kuliah jenjang magisternya. Sebagai kepala sekolah, dia mulai berpikir tentang cara mengelola lembaga pendidikan. Oleh karena itu, Ketut Mayoni berniat mengambil kuliah S2 jurusan manajemen.

Keputusannya sudah bulat soal jurusan kuliah lanjutannya. Namun, ada hal lain yang dipikirkan Ketut Mayono, yakni di mana dia akan kuliah S2. Dia tinggal di Praya. Ternyata banyak teman yang menyarankan agar Ketut Mayoni meneruskan kuliah di UIN Mataram.

Dia juga merasa sreg karena jarak dari Praya ke Mataram tak begitu jauh. Walakin, ada hal lain yang sempat mengendon di benak Ketut Mayoni sebelum mendaftar ke UIN Mataram. Dia beragama Hindu, sedangkan perguruan tinggi yang akan dimasukinya merupakan kampus Islam.

“Kami meminta izin dahulu ke kampus, yakni dekannya, apakah nonmuslim boleh kuliah di sini atau tidak,” katanya kepada JPNN.com belum lama ini.

Ternyata pihak UIN Mataram memberikan lampu hijau. “Setelah dibolehkan, barulah masuk di sana," tuturnya.

Menempuh studi di UIN Mataram membuat Ketut Mayoni harus menghadapi mata kuliah yang sama sekali asing baginya. Pada semester I, dia memperoleh mata kuliah Qur'an dan hadis.

Ketut Mayoni masuk ke Prodi MPI UIN Mataram bukan untuk fokus pada persoalan keislaman, melainkan pada manajemennya. Ternyata dosen Qur’an dan hadis di Prodi MPI UIN Mataram tidak memaksa Ketut Mayoni mengikuti mata kuliah itu.

Kategori :