Tradisi Ruwatan di Cirebon Diikuti Peserta dari Luar Negeri, Dipercaya Datangkan Kebaikan dan Tolak Bala

Minggu 16-07-2023,15:53 WIB
Reporter : Suwandi
Editor : Suwandi

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Masyarakat Cirebon punya banyak cara dalam bermunajat kepada Tuhan. Selain melalui ibadah wajib dan sunah, wujud permohonan kepada Sang Khaliq dilakukan melalui tradisi turun temurun.

Seperti yang dilakukan Pemangku Adat Cirebon, P Panji Jaya Prawirakusuma di kediamannya, Sabtu (15/7/2023) malam. Pendiri Sanggar Seni Tari Kencana Ungu ini mengadakan ruwatan murwakala.

Ruwatan merupakan tradisi turun temurun yang bertujuan memohon kebaikan serta diajuhkan dari malapetaka dalam hidup melalui serangkaian ritual adat.

Menurut Panji, adat ruwatan erat kaitannya dengan keyakinan masyarakat Jawa terkait nasib baik ditentukan oleh niat dan perbuatan baik pula yang diajarkan ke anak sejak kecil. Untuk menggapai segala kebaikan itu, anak harus diruwat.

Panji menjelaskan, dalam perspektif adat, anak-anak dengan kriteria tertentu harus diruwat. Antara lain anak yang lahir jam 12 siang, difabel sejak lahir atau sering sakit-sakitan, bayi lahir kembar.

Serta orang yang telah melanggar pantangan adat atau secara disengaja atau tidak sengaja. Seperti erusak benda pusaka yang memiliki unsur kepercayaan kuno.

Di kediaman Panji, ruwatan murwakala digelar tiap 3 tahun. Tahun ini, ruwatan murwakala digelar untuk ketiga kalinya. Pesertanya 30an anak-anak dari berbagai daerah. Bahkan ada yang dari Taiwan, Korea, Jerman dan India.

"Peserta kami pada tahun ini terbanyak sampai mencapai 30 orang. Terdiri dari Taiwan 4 orang, Korea 1 orang, Jerman 1, dan dari India langsung datang. Begitu juga dari Kabupaten Indramayu, Majalengka dan Kabupaten Kuningan," ujar Panji.

Sebelum adat ruwatan dimulai, terlebih dahulu digelar pertunjukan wayang kulit purwa Sanggar Seni Langen Penggalih oleh Dalang Anung Akirna dengan lakon guntur manunggal.

Sejumlah tokoh Cirebon dan pemangku adat turut hadir dalam pagelaran tersebut. Antara lain Sultan Kacirebonan Abdul Ghani, Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Cirebon, Amin Mughni, Camat Kapetakan Raden Udin Kaenudin, serta para tamu undangan.
 
Panji menambahkan, tradisi ruwatan mulai jarang digelar. Muncul kekhawatiran ruwatan akan punah. Maka dari itu, dia mengajak seluruh unsur adat dan masyarakat sama-sama melestarikan tradisi ruwatan.

"Adanya pagelaran sayang ini pertama kali dalam acara pernikahannya Sunan Gunung Jati dengan Nyimas Ratu Pakung Wati, dari sejarah ini maka Sanggar Seni Kencana Ungu mengambil inisiatif melestarikan pagelaran wayang kulit dalam acara ruwatan yang sudah hampir punah," kata Panji.

Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, Amin Mughni menambahkan, upaya pelestarian adat dan budaya Cirebon patut didukung.

"Matur kesuwun atas dedikasinya Mama Elang Panji atas komitmennya  menjaga dan menbudayakan adat dan budaya yang ada di Kabupaten Cirebon,"  katanya.

Amin menjelaskan, ruwatan dan pagelaran wayang kulit merupakan adat dan tradisi yang perlu diarusutamakan dalam kebutuhan seni dan hiburan masyarakat.

"Ruwatan merupakan peninggalan sejarah nenek moyang kita yang harus kita jaga kita lestarikan kepada generasi penerus kita. Dengan ruawatan selain unsur kebaikannya yang kita terima juga ada unsur edukasi dalam proses ruwatan," kata Amin.

Dia menambahkan, dalam ruwatan bukan hanya tolak bala yang didapat. Juga manfaat sosial lain yang melekat pada gelaran acara adat dan tradisi.

"Hakikatnya bukan hanya tolak bala saja. Tapi ada ikatan kekeluargaaan yang dibangun. Ada unsur silaturahmi dalam ruwatan ini," pungkas Amin. (wan)

Tags :
Kategori :

Terkait