RAKYATCIREBON.ID-Peace Train Indonesia ke-10 dihelat sebagai wahana bagi generasi muda sebagai ajang untuk saling kenal, mempererat persahabatan di antara mereka dari berbagai latar agama, suku, ras yang berbeda. Melalui acara ini kita berharap anak-anak muda menyadari bahwa mereka harus berada di garis depan dalam menjaga kerukunan sekaligus bersama-sama mewujudkan perdamaian.
Peace Train Indonesia (PTI) adalah program traveling lintas-agama dengan menggunakan kereta api, menuju ke satu kota yang telah ditentukan. Kali ini tujuannya adalah Cirebon, Jawa Barat. Di kota udang ini peserta akan mengunjungi komunitas agama-agama, komunitas penggerak perdamaian, rumah-rumah ibadah, dan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai actor penting toleransi dan perdamaian antar agama. Mereka juga akan berproses untuk saling belajar, berbagi cerita, berdialog, bekerjasama, mengelola perbedaan, berkampanye, dan menuliskan pengalaman perjumpaan dalam semangat kebersamaan dan persaudaraan.
“Kita ingin anak-anak muda dari berbagai agama itu saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita tentang pengalaman dan tantangan dalam merawat kebinekaan dan mewujudkan perdamaian. Sebab di tangan merekalah masa depan Indonesia mendatang,” ujar Ahmad Nurcholish, Deputy Direktur ICRP yang juga salah seorang penggagas Peace Train Indonesia.
Sementara itu, Majelis Pengurus Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Abdiel Fortunatus Tanias berharap melalui Peace Train Indonesia ini generasi muda Indonesia, secara khusus dari Kristen, berkesempatan belajar membuka diri dan berinisiatif untuk mengenal, membangun relasi, bergandeng tangan bersama anak-anak muda lain dari berbagai latar belakang agama dalam semangat persahabatan dan persaudaraan dalam kebinekaan yang merupakan modal dasar bagi upaya mewujudkan kehidupan rukun dan damai.
“Saat ini kita membutuhkan anak-anak muda yang memiliki jiwa kepemimpinan dengan integritas yang kuat, di mana salah satu karakter yang harus dimiliki adalah inisiatif untuk berpikir dan bersikap terbuka dalam membangun persahabatan dengan mengedepankan kepentingan bersama,” imbuh Abdiel.
Di era Orde Baru, Pdt. Darwin Darmawan mengingatkan, ruang perjumpaan antarmasyarakat Indonesia yang bineka, terjadi dalam pembatasan dan pemisahan. Saat itu, masyarakat Indonesia bersama tetapi tidak betul-betul bersatu. Pasca Reformasi, menurutnya, ruang perjumpaan antarmasyarakat Indonesia yang berbeda acapkali dirusak oleh politisasi identitas berbasis SARA.
“Sebagai bangsa yang bhinneka, kita belum secara sengaja, serius dan terencana belajar menjadi Indonesia yang berbhinneka tunggal ika. Peace Train Indonesia menjadi salah satu upaya membangun ruang perjumpaan antara sesama anak bangsa yang berbeda. Masa depan Indonesia, sesungguhnya terletak dari seberapa mampu membuka ruang-ruang perjumpaan seperti ini,” tandasnya.
Dalam rangkaian program PTI kali ini sebanyak 40 peserta dari berbagai agama akan menempuh rute dari Stasiun Gambir Jakarta menuju Cirebon. Di Cirebon inilah mereka belajar dan melihat lebih dekat rumah-rumah ibadah dan komunitas adat yang berbeda sebagai kekayaan budaya di kota ini. Peserta juga akan merayakan bersama saudara-saudara meraka yang merayakan Tahun Baru Imlek 2020 di Cirebon. Tujuannya tak lain untuk saling mengenal, menjalin persahabatan sebagai bekal dalam merawat kebinekaan dan mewujudkan perdamaian.
Dalam pelaksanaannya, program yang diselenggarakan oleh ICRP ini bekerjasama dengan demokrasi.id, PGI, Gerakan Pembumian Pancasila, Fahmina Institute, Institute Studi Islam Fahmina (ISIF), Sinode GKI Jawa Barat, Pelita Perdamaian, Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Cirebon (PGIS), Inspiration House (Komunitas Pendidikan Anak dan Toleransi Keberagaman), dan Komunitas Cinta Kota Cirebon, GBI Pekiringan, PSMTI, Parahiangan Komputer, Komunitas Cinta Kota Cirebon (KCKC), Sempoa SIP Perjuangan, Gereja Katolik St. Yosef, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Andi Offset (Penerbit Buku), Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) dan Ibis Hotel.
Turut hadir sejumlah tokoh agama dari berbagai agama di Jakarta dan sekitarnya seperti: Abdiel Fortunatus Tanias (MPH PGI), Nia Sjarifuddin (Direktur ANBTI), Pendeta Darwin Darmawan, Raja Juli Antony (tokoh muda, Sekjen PSI), Ahmad Nurcholis serta sejumlah aktivis muda lintas-agama dan alumni Peace Train Indonesia sebelumnya. (*)