Permintaan Beras Naik 875 Ton

Selasa 09-05-2017,03:04 WIB

DPPKP Ungkap Sebelas Komoditi Rawan Naik Saat Ramadan

LEMAHWUNGKUK – Sejumlah kebutuhan pangan pokok pada Ramadan tahun ini dipastikan mengalami peningkatan. Hal ini dipicu  meningkatnya kebutuhan  konsumsi masyarakat pada bulan suci tersebut.
Stok beras Bulog. dok. Rakyat Cirebon
Bahkan, Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Kota Cirebon merilis sebelas kebutuhan pangan pokok yang dipastikan akan mengalami kenaikan konsumsi. 

Kepala DPPKP Kota Cirebon, Drh Maharani Dewi melalui  Kabid Distribusi dan  Ketersediaan Pangan,  Dra Sumarni MA membenarkan, sejumlah bahan makanan rawan mengalami kenaikan permintaan.

Diantaranya, kata Sumarni, komoditas beras. Dari hasil survei selama setahun kebutuhan beras Kota Cirebon rata-rata mencapai 3.500 ton per bulan. Sementara pada Ramadan diperkirakan mencapai 4.375 ton, atau sekitar 875 ton.

“Data tentang pangan ada beberapa komoditi yang kami survei ke pasar tradisional dalam setahun. Ada sebelas komoditi di delapan pasar,” ungkap Maharani kepada Rakyat Cirebon di ruangannya, Senin (8/5).

Selain beras, kata dia, kebutuhan lain yang diprediksi akan mengalami kenaikan permintaan ialah daging sapi. Rata-rata per bulan permintaan daging sapi mencapai 389 ton menjadi 739  ton pada Ramadan. Begitu juga dengan bahan yang lainnya.

“Cabai merah dari 117 ton naik menjadi 133 ton, gula pasir dari 233 ton naik menjadi 699 ton, telur dari kebutuhan bulanan 731 ton meningkat menjadi 1.462 ton, minyak goreng juga naik menjadi 192 ton dari kebutuhan awal 128 ton,” ungkapnya.

Juga daging ayam naik menjadi 875 ton per bulan dari jumlah 583 ton, cabai rawit dari 39 ton naik menjadi  58 ton, bawang merah dari 233 ton menjadi 350 ton per bulan. Bawang putih dan tepung terigu yang naik masing-masing dari 156 ton menjadi 194 ton dan 448 ton menjadi 717 ton.

Sementara itu, Kasi Kerawanan Pangan, H Deden Kusdani menyebut, angka kebutuhan  bahan pangan pokok itu terbilang wajar. Pasalnya, saat Ramadan kebutuhan konsumsi per kepala juga mengalami kenaikan. 

Meski begitu, kenaikan permintaan bahan makanan juga rawan memicu kenaikan harga. Oleh karena itu, hasil survei yang dilakukan diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintan untuk menentukan langkah lanjutan guna cegah kenaikan harga yang signifikan. 

“Dengan pantauan kebutuhan dan harga di pasaran, pemerintah akan punya sikap. Kami tidak bisa intervensi langsung pasar. Namun, kami akan berkordinasi dengan Indag dan Bulog kalau kenaikan harganya itu sudah terlampau tinggi,” tutupnya. (wan)
Tags :
Kategori :

Terkait