Lagi, SMP di Harjamukti Bebankan Pungutan Fantastis untuk Orang Tua Siswa
Ramai salah satu SMPN di Kecamatan Harjamukti mematok biaya fantastis untuk orang tua siswa baru. FOTO: IST/RAKYAT CIREBON--
*** Orang Tua Disodorkan Surat Pernyataan Bermaterai, Tak Diberitahu Rinciannya untuk Apa
CIREBON - Ditengah ramainya pungutan di sekolah, dan kewajiban untuk membeli seragam di koperasi sekolah bagi pada orang tua murid baru, ternyata di wilayah Harjamukti, ada sekolah yang mematok pungutan lebih besar.
Tak tanggung-tanggung, sekolah menengah pertama negeri di Kecamatan Harjamukti tersebut menetapkan iuran mencapai angka 2.750.000 rupiah.
BACA JUGA:Minta Pemkot Bentuk Dewan Kebudayaan
Parahnya, orang tua tidak diberitahu rincian dari besaran dana yang harus dibayarkan oleh mereka kepada sekolah tersebut.
"Kita diwajibkan membayar 2.750.000 pas daftar ulang, tapi tidak dijelaskan rincian untuk apa uang itu, hanya bilangnya ke ruang TU aja," ungkap salahsatu orang tua murid yang namanya enggan dikorankan, Rabu (06/08).
Lebih parah lagi, para orang tua bersama anaknya satu persatu diminta masuk ke ruang TU untuk menandatangani surat pernyataan diatas materai, yang isinya tidak dijelaskan untuk apa.
BACA JUGA:Dunia Usaha Bergeliat, Pertumbuhan Ekonomi Jateng Tembus 5,28 Persen
Bahkan, orang tua pun dilarang untuk memfoto dan mendokumentasikan surat pernyataan, maupun aktivitas saat mereka menandatangani surat pernyataan di ruang tersebut.
"Disana kita hanya tanda tangan saja, pernyataan diatas materai, untuk uangnya setor ke ruangan Kepala Sekolah, saja juga belum lunas, karena sekolah memberikan keringanan bisa dicicil," jelasnya.
Saat ia coba bertanya pada orang tua lainnya, ia pun mendapatkan jawaban yang sama, dimana mereka juga tidak mendapatkan penjelasan untuk apa rincian besaran yang harus mereka bayarkan tersebut.
BACA JUGA:Ahmad Luthfi Sambut Positif Pemerintah Salurkan Insentif bagi Guru Non-ASN
Saat itu, kata dia, para orang tua pun panik, karena disodorkan surat pernyataan, di detik-detik akhir menuju MPLS dimulai, dan mereka khawatir jika tidak dibayarkan, anak-anaknya tidak bisa mengikuti MPLS.
"Orang tua yang lain juga sama, tidak dijelaskan, dan tetap bayar karena panik, karena anak-anak kami masuk di jalur terakhir," ujarnya.
Sumber: