Apakah Game Online Benar-Benar Membunuh Game Offline? Mari Kita Jujur

Apakah Game Online Benar-Benar Membunuh Game Offline? Mari Kita Jujur

Apakah Game Online Benar-Benar Membunuh Game Offline? Mari Kita Jujur. Foto ilustrasi: Pinterest/ Rakyatcirebon.disway.id--

RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Sebagai pemain game, saya sering mendengar anggapan klise ini: "Game offline sudah mati, yang laku cuma game online."

Melihat dominasi Mobile Legends, Free Fire, atau Genshin Impact, memang mudah untuk percaya bahwa permainan tanpa koneksi internet hanyalah kenangan masa lalu. Tapi, setelah menengok angka penjualan God of War, Elden Ring, atau Cyberpunk 2077, kita harus mengakui: Klaim bahwa game online membunuh game offline adalah mitos yang terlalu disederhanakan.

Yang terjadi sebenarnya bukan pembunuhan, melainkan pergeseran peran yang dramatis dalam ekosistem gaming. 

BACA JUGA:10 Momen Paling Kocak di Game Online yang Pernah Viral

Game Online: Kebisingan dan Kebutuhan Sosial

Mari kita lihat mengapa game online (daring) begitu mendominasi ruang publik, terutama di kalangan generasi muda.

1. Kopi Darat Digital

Alasan terbesar mengapa kita betah berlama-lama main game online adalah teman. Game modern seperti Valorant atau PUBG adalah tempat nongkrong yang baru. Kita tidak main hanya untuk menang, tapi untuk mengobrol dengan teman-teman, meledek, atau sekadar menghabiskan waktu bersama. Ini adalah kebutuhan dasar manusia yang sulit dikalahkan: interaksi sosial.

2. Adrenalin Kompetisi

Permainan multiplayer menyuntikkan adrenalin kompetisi yang membuat kita ingin terus main. Ada rank, season baru, dan leaderboard yang memicu hasrat untuk membuktikan diri. Pengalaman ini repeatable, bisa diulang terus-menerus, dan tidak ada kata tamat. Inilah yang membuat perusahaan game online terus menghasilkan uang; mereka menjual pengalaman yang tidak pernah berakhir.

3. "Dinding" Kecanduan

Sayangnya, sifat endless content ini juga menjadi jebakan. Semakin banyak waktu yang kita habiskan di dunia virtual, semakin sedikit waktu yang tersisa untuk hal lain, termasuk game offline. Game online menggerus waktu luang kita karena sifatnya yang menuntut, real-time, dan memaksa kita untuk terus login. 

BACA JUGA:Solo vs Mabar: Lebih Seru Main Game Online Sendirian atau Bareng Teman?

Game Offline: Terapi, Seni, dan Kualitas Premium

Jika game online adalah konser musik rock yang bising, maka game offline (luring) adalah museum seni yang hening.

Di tengah hiruk-pikuk game online, genre offline kini menemukan ceruk pasarnya yang baru—yaitu para pemain yang haus akan pengalaman mendalam, bukan sekadar pelarian sesaat.

1. Kebutuhan Akan Cerita yang Baik

Game offline sekarang berfokus pada kualitas narasi yang luar biasa. Kita membeli game mahal bukan untuk skin keren, melainkan untuk merasakan kisah hidup Kratos yang penuh penyesalan, atau berjuang untuk bertahan hidup di dunia pasca-apokaliptik yang emosional. Ini setara dengan membaca novel terbaik, namun kita sendirilah yang memegang kendali. 

2. Bebas Aturan dan Koneksi

Pernah merasa kesal karena server lag? Atau kesal dengan pemain yang toxic? Game offline adalah surga dari semua masalah itu. Kita bisa bermain kapan pun dan di mana pun, bahkan di tengah hutan, tanpa perlu khawatir dengan kuota atau jaringan. Ini menawarkan terapi digital—waktu bermain yang sepenuhnya milik kita.

3. Nilai yang Abadi

Game offline adalah warisan. Saya yakin kita semua masih bisa mengenang momen-momen dari Final Fantasy VII atau Resident Evil pertama. Game-game ini tetap berharga lama setelah dirilis karena nilai gameplay dan ceritanya tidak bergantung pada server yang bisa ditutup kapan saja. 

BACA JUGA:Komunitas Game Online: Bukan Sekadar Main, tapi Tempat Curhat dan 'Healing' Terbaik!

Kesimpulan: Mereka Berdampingan, Tidak Saling Membunuh

Jadi, anggapan bahwa game online membunuh game offline perlu diluruskan.

  • Game Online mengambil peran sebagai media sosial dan olahraga kompetitif.
  • Game Offline mempertahankan peran sebagai seni, cerita, dan hiburan premium single-player.

Industri gaming kini lebih mirip sebuah hidangan buffet besar. Kita bisa menikmati fast food yang seru dan beramai-ramai (game online), tapi kita juga akan selalu kembali untuk mencari hidangan utama yang dimasak perlahan dan berkualitas tinggi (game offline).

Daripada saling bunuh, mereka justru saling melengkapi dan membuat kita sebagai pemain jadi punya lebih banyak pilihan yang fantastis.(*)

Sumber: