Maulid Nabi: Dari Seremoni ke Gerakan Progresif Bangsa

Maulid Nabi: Dari Seremoni ke Gerakan Progresif Bangsa

Fajar Rahmawan SAg, Pegiat Literasi. FOTO: IST/ RAKYAT CIREBON--

Demokrasi kita pun sering terasa semakin elitis, seakan-akan hanya milik segelintir orang yang punya akses pada kuasa. 

Di tengah masyarakat, polarisasi masih membelah kita dalam kelompok-kelompok kecil yang sibuk memperdebatkan siapa paling benar, sementara masalah besar bangsa kerap terabaikan. Dan tentu saja, ada krisis lingkungan dengan dalih Pembangunan, tetapi lupa bertanya: bumi ini kuat menanggung sampai kapan?

Dalam keadaan seperti itu, Maulid Nabi seharusnya bisa lebih dari sekadar perayaan tahunan. Nabi Muhammad ﷺ datang di tengah masyarakat yang juga dipenuhi ketidakadilan dan kebiasaan yang merusak. Namun beliau menghadirkan sesuatu yang berbeda: nilai keadilan, kejujuran, kepedulian, serta penghormatan pada sesama manusia. Nilai-nilai itu pula yang sebetulnya sangat kita butuhkan hari ini.

Kalau kita menyambungkan semangat Maulid dengan realitas bangsa, mestinya kita bisa meneladani sikap Nabi: membangun keadilan sosial, merawat persaudaraan, menegakkan integritas, serta menjaga bumi ini sebagai amanah. 

Kelahiran Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya kisah sejarah yang kita dengarkan setiap tahun, melainkan sumber inspirasi yang hidup. Maulid mestinya melahirkan umat yang lebih peka, lebih peduli, dan berani menyuarakan kebenaran.

Umat yang tidak hanya diam, tetapi mampu mengingatkan pemimpin, menolak ketidakadilan, dan membela mereka yang lemah.

Teladan Nabi di Makkah dan Madinah adalah bukti bahwa melawan ketimpangan adalah bagian dari misi kenabian. Maka, umat Nabi hari ini sebaiknya tidak larut dalam perdebatan kecil yang justru membuat kita semakin terpecah. Yang lebih penting adalah menghidupkan nilai-nilai besar: keadilan, persaudaraan, dan kemanusiaan.

Mari jadikan Maulid Nabi bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan titik tolak lahirnya kesadaran baru. Kita bisa mulai dari hal kecil: menolak kebiasaan curang, menjaga kejujuran dalam keseharian, peduli pada sesama, hingga berani menyuarakan kebenaran di tengah ketidakadilan. 

Dari langkah-langkah sederhana itu, lahirlah perubahan besar. Sebab, meneladani Nabi bukan hanya tentang mengaguminya, tetapi tentang menyalakan kembali semangat perjuangannya dalam hidup kita hari ini.

Inilah saatnya Maulid menjadi energi bersama untuk membangun bangsa yang lebih adil, lebih jujur, dan lebih beradab.

Oleh : Fajar Rahmawan SAg

*** Pegiat Literasi

Sumber: