Ini Pertimbangan MUI untuk Keluarkan Fatwa Ganja Medis

Ini Pertimbangan MUI untuk Keluarkan Fatwa Ganja Medis

--

RAKYATCIREBON.ID, AKSI seorang ibu yang meminta ganja medis dilegalkan demi pengobatan sang anak yang mengidap lumpuh otak viral di media sosial. Sang ibu berharap MK segera melegalkan ganja medis untuk pengobatan.

Sang ibu yang diketahui bernama Santi, nekat melakukan aksinya di Car Free Day karena tak tega melihat anaknya yang mengidap cerebral palsy kerap kejang.

Sejalan dibahasnya ganja medis di DPR RI, Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terkait ganja medis.

“Saya kira MUI akan segera mengeluarkan fatwanya untuk bisa dipedomani oleh DPR,” tuturnya.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Marsudi Syuhud mengatakan bahwa Ganja di Indonesia itu haram, dan dalam Islam juga diharamkan.

“Segala apa yang merusak itu haram, dan yang merugikan juga membahayakan diri sendiri serta orang lain,” katanya saat diwawancarai melalui telepon.

Terkait Ganja Medis MUI akan mengeluarkan fatwa sesuai arahan Wakil Presiden RI yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI, KH Maruf Amin yang bisa saja dibolehkan untuk keperluan medis.

 

“Iya nanti MUI akan mengeluarkan fatwa ganja medis, apakah nanti ganja boleh digunakan untuk menyembuhkan orang sakit itu nanti dikaji,” terangnya

Berdasarkan penelusuran HalalMUI, di beberapa tempat/daerah ada orang yang memanfaatkan daun ganja untuk bumbu masakan khas daerah tersebut. Dan memang masakan itu terasa lebih lezat dibandingkan kalau tidak menggunakan daun ganja.

Namun, ada pula yang melarang penggunaan ganja itu secara total. Bahkan sering ada operasi oleh aparat untuk mencegah pengiriman ganja dari satu daerah ke daerah lain.

Lantas, bagaimana hukum memanfaatkan ganja? Berikut ulasan HalalMUI.

Pada dasarnya, semua Mazru’at, tumbuh-tumbuhan atau produk nabati yang ada di bumi itu halal dan boleh dimanfaatkan.

Perhatikanlah makna ayat berikut:

“Dan Dia (Allah) telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. 45: 13).

Tuntunan ayat semacam ini diulang beberapa kali di dalam Al-Qur’an. Di antaranya:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu semuanya…” (QS. 2: 29).

“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi…” (QS. 22: 65).

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)-mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS. 31: 20).

Kecuali kalau mengandung Khobaits, keburukan atau bahaya. Perhatikanlah pula makna ayat Al-Qur’an:

“…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk…” (QS. Al-A’raaf [7]:157).

Secara nash, juga tidak ada ketetapan atau larangan penggunaan daun ganja (Cannabis sativa syn., Cannabis indica). Karenanya, penggunaan daun ganja untuk bumbu masak tradisional, seperti banyak dipakai di beberapa daerah Indonesia, itu diperbolehkan.

Sama halnya daun bumbu yang lain, misalnya daun salam, daun pandan, seledri, sereh, dan lain-lain. Digunakan sebagai bumbu masak juga relatif dengan takaran-dosis yang sangat kecil.

Tapi kalau berlebihan sehingga menimbulkan bahaya, tentu terlarang. Di sini berlaku kaidah: semua yang berlebihan dan membahayakan itu, terlarang:

“…Makan dan minumlah (kalian), tetapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. 7: 31). Makan nasi juga, kalau sampai berlebihan, sehingga berdampak membahayakan kesehatan, tentu dilarang. Sesuai dengan Maqashid Asy-Syariah (tujuan ketetapan Syariah), di antaranya ialah Hifzhun-Nafs. Memelihara diri atau jiwa manusia, agar terhindar dari bahaya. (MUI/rakcer)

Sumber: