Pertahankan Prinsip Pendiri, Siap Bersaing dengan Lembaga Pendidikan Lain

Pertahankan Prinsip Pendiri, Siap Bersaing dengan Lembaga Pendidikan Lain

SIAP BERSAING. Pimpinan Pondok Pesantren Mufidah Santi Asromo Majalengka, KH Asep Zaki SKM MKM bersama jajaran tim multi media.--

Asromo atau Ponpes Mufidah Santi Asromo menjadi embrio awal pendidikan modern di zamannya, khususnya di Kota Angin Majalengka. Asromo merupakan lembaga pendidikan yang didirikan di masa Hindia Belanda, tepatnya sebelum republik ini terbentuk, yakni tahun 1932 M. 

RAKYATCIREBON.ID, KEHADIRAN Asromo memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Majalengka, khususnya jejaring santri yang memiliki sambungan sanad keilmuan dengan KH Abdul Halim atau yang sering disapa dengan A Halim oleh para pecintanya. 

A Halim mendirikan Asromo tidak lepas dari sebuah cita-cita besar yang tertuang dalam asas dasar PUI, Islah Tarbiyah. Islah at-Tarbiyah merupakan asas perjuangan organisasi yang dirintis A Halim, karena prihatin terhadap pribumi yang tertinggal secara pendidikan dan ekonomi. Sehingga memantik ide  Abdul Halim untuk mendirikan lembaga pendidikan yang mampu menyulam keterbelakangan dan kesenjangan pendidikan dan ekonomi rakyat pribumi. 

Pimpinan Ponpes Santi Asromo Majalengka, KH Asep Zaki SKM MKM menjelaskan, jika pesantrennya merupakan pelopor pendidikan berbasis vokasi pertama. Hal itu, tidak terlepas dari perjuangan dan kerja keras KH Abdul Halim saat itu. 

Sebagai seorang santri, KH Abdul Halim memiliki pengalaman thalabul ilmu yang kompleks. Sebab, ia merasakan pendidikan modern ala Hindia Belanda dan pendidikan tradisional ala pondok pesantren salafiyah saat itu. Pengalaman pendidikan seperti ini, tentu membentuk kepribadian yang unik pada diri KH Abdul Halim.

Sedari kecil, A Halim sudah mengenyam pendidikan yang diampu para guru dan pembimbing Hindia Belanda. Dari mulai kursus baca tulis Bahasa Belanda di Cideres, Kadipaten Majalengka, hingga pendidikan lainnya. Dan  persinggungan pengalaman pendidikan tersebut, membentuk karakter modern di pikiran A Halim kecil. 

Selain pengalaman pendidikan modern ala Belanda, Otong Satori; nama kecil Mbah Halim, juga memiliki pengalaman alim allamah penguasaan ilmu-ilmu agama  dan keterampilan. Karena dia merupakan santri KH Abdullah Lontang Jaya Panjalin, KH Sujai Cirebon, Mama Sobari Ciwedus yang merupakan salah satu santri kinasih Mbah Kholil Bangkalan Madura. Dan yang terakhir nyantri ke Kedungwuni Pekalongan.

Di tempat terakhir, KH Abdul Halim selain menimba ilmu agama, juga mempelajari keterampilan menenun dan membatik. Sehingga, dengan perjalanan keilmuan yang sedemikian lengkap, KH Abdul Halim mendirikan Asromo. Tidak hanya memberikan pendidikan agama an sich sebagaimana pendidikan pondok pesantren pada umumnya, namun Pendidikan Asromo memberikan kompetensi vokasional bagi para santri. 

Santri lulusan Asromo, selain memiliki pengetahuan agama yang mumpuni, juga dibekali keterampilan bercocok tanam, keterampilan pertukangan (kayu-bangunan), menenun dan keterampilan hidup yang dibutuhkan di masyarakat.  Kemudian, untuk memenuhi prinsip pendidikan, dibentuk juga Pendidikan Aqliyah (intellect), Pendidikan Ruhaniyah (Geestelijke) dan Pendidikan Amaliyah (Praktik).

Dari lembaga pendidikan yang memiliki konsep seperti penjelasan di atas, tidak berlebihan jika Asromo disebut sebagai pelopor pendidikan berbasis vokasi pertama di Hindia Belanda, khususnya di Majalengka.

Hari ini, kata dia, Asromo berumur 90 Tahun,  sejak didirikan pada tahun 1932 M. Dan usia 90 tahun itu, tentu bukan waktu yang singkat bagi sebuah lembaga pendidikan untuk tetap terus bertahan mengarungi perjalanan panjang sejarah.

Jatuh bangunnya menjadi pemanis perjuangan pendidikan baginya. Pasang surut keberadaannya menjadi spirit kebangkitan pembinaan jati diri dan kepribadian bangsa dan negara. Lelah dan payahnya menjadi timbunan pahala bagi para guru dan pendirinya. Hari ini, Asromo tetap seperti dulu saat awal didirikan. Pendidikannya tetap mempertahankan ide pendirinya.

Dengan wajah yang baru, manajemen baru, saat ini Asromo digawangi oleh cicit KH Abdul Halim, yakni KH Asep Zaki SKM MKM. Asromo kini tampil sebagai lembaga pendidikan modern di Majalengka yang mampu bersaing dengan sejumlah lembaga pendidikan dan pesantren hebat lainnya. Bukan hanya di Jawa Barat, melainkan juga di Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari perkembangan jumlah santri yang terus meningkat setiap tahun.

Para santri yang datang, juga berasal dari sejumlah daerah di luar Jawa. Di Santi Asromo, selain diberikan pendidikan ilmu pengetahuan dan keagamaan, mereka juga belajar berbagai macam keterampilan, seni, bercocok tanam hidroponik dan lainnya.  Sehingga bagi sejumlah tokoh lainnya, Santi Asromo diibaratkan sebagai pelita. Yang akan menjadi matahari pendidikan yang menginspirasi, menjadi pencetak santri lucu yang “bener, pinter dan parigel”. Santri yang tidak hanya pandai penguasaan agama, namun juga cakap dalam berbagai keterampilan sebagaimana cita-cita pendahulunya. (*adv/selesai)

Sumber: