47 Pil Amfetamin Ditemukan di Riyadh, Arab Saudi Dianggap Jadi Syurga Narkoba

47 Pil Amfetamin Ditemukan di Riyadh, Arab Saudi Dianggap Jadi Syurga Narkoba

Kepolisian Saudi mengamankan hampir 47 juta pil narkoba jenis amfetamin, tersembunyi dalam paket pengiriman tepung di sebuah gudang di Riyadh.--

RAKYATCIREBON.ID, ARAB SAUDI kembali dicap menjadi "surga" narkoba di Timur Tengah usai pihak berwenang menyita pil puluhan juta pil narkotika pada akhir Agustus lalu. Mengapa sebutan itu muncul?

Sebutan itu kembali santer terdengar setelah kepolisian Saudi mengamankan hampir 47 juta pil narkoba jenis amfetamin. Jutaan pil ini tersembunyi dalam paket pengiriman tepung di sebuah gudang di Riyadh.

Direktorat Jenderal Pengendalian Narkotika menyatakan operasi itu sebagai penyelundupan tunggal terbesar di Saudi.

Begitu besar penyitaan ini, Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Narkoba dan Kriminal (UNODC) sampai-sampai buka suara.

"Laporan penyitaan amfetamin dari negara-negara Timur Tengah terus merujuk pada tablet bertuliskan logo Captagon," demikian pernyataan UNODC yang dikutip CNN.

Pengamat Brookings Institution di Washington DC, Vanda Felbab-Brown, menyebut Captagon beredar di Arab Saudi sejak 15 tahun lalu. Lima tahun terakhir, pemakaian obat itu makin intensif.

"Mungkin jadi setara dengan ganja. Hal ini karena ada banjir pasokan yang kini sebagian besar datang dari Suriah," kata Felbab-Brown.

Di Suriah, obat-obatan itu memang diproduksi dalam skala industri di pabrik kimia rezim Presiden Bashar al-Assad. Saudi kini disebut menjadi tujuan utama penyelundupan narkoba dari Suriah dan Lebanon.

Para ahli menyebut Negeri Kilang Minyak itu sebagai salah satu wilayah terbesar dan paling menguntungkan untuk peredaran narkoba.

Menurut jurnal International Addiction Review, Captagon bisa dijual antara US$10 hingga US$25 dolar atau sekitar Rp148 ribu hingga Rp371 ribu per butir di Saudi.

Sementara itu, banyak orang mencari obat jenis amfetamin karena dianggap bisa menjadi pelarian untuk warga yang stres di tengah kelaparan dan krisis pangan.

"Serta mendorong euforia yang disebut membantu mengatasi stres traumatis. Disebut pula, sifat yang sama dari Captagon itu dicari pekerja asing di negara Teluk," kata analisis senior dari New Lines Institut, Caroline Rose.

Rose juga menyebut di pasar konsumen kalangan atas, obat amfetamin punya daya tarik sebagai rekreasi. Terlebih, banyak kaum muda Arab merasa bosan karena menganggur dan kekurangan hiburan.

"Beberapa konsumen menilai Captagon sebagai zat yang tak lagi tabu dibandingkan dengan obat yang lebih kencang seperti opiat dan kokain," tutur Rose.

Menurut sejumlah penelitian, penggunaan amfetamin memang populer di kalangan anak muda Arab Saudi.

"Setelah kami mendapatkan 25 riyal dari orang tua [kami], kami bisa membeli satu tablet dan menikmatinya," kata salah satu pemuda.
(cnn/rakcer)

Sumber: