IDI Ajak Warga Tak Panik, Kurangi Beli Obat di Pasaran Bebas

IDI Ajak Warga Tak Panik, Kurangi Beli Obat di Pasaran Bebas

JANGAN PANIK. Ketua IDI Kota Cirebon, dr Edial Sanif saat diwawancarai mengenai gejala gagal ginjal yang sedang hangat diperbincangkan. Dia mengimbau masyarakat tidak khawatir mengonsumsi paracetamol jika itu resep dari dokter. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH/RA--

RAKYATCIREBON.ID, IKATAN Dokter Indonesia (IDI), ikut bersuara mengenai gejala gagal ginjal yang saat ini sedang hangat diperbincangkan. Terlebih, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mensinyalir gejala yang dimaksud diduga akibat obat pereda berjenis sirup, dan populasi penderita gejala ada di usia anak-anak.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Cirebon, dr Edial Sanif SpJP FIHA menyampaikan, obat pereda panas jenis paracetamol, sudah banyak dikosumsi sejak dulu. Dan dalam bentuk apapun, baik tablet, puyer maupun sirup.

Maka dari itu, menurut dr Edial, ada hal yang lebih penting yang harus dikaji dan ditelusuri. Mengapa dampaknya baru sekarang muncul dan banyak diperbincangkan.

"Sirup paracetamol, ini bulan sekarang aja. Jauh sebelum ini sudah banyak konsumsi. Kenapa sekarang muncul gagal ginjal pada anak, ini perlu ditelusuri. Kalau hanya menyetop sirup, bukan solusi menurut saya," ungkap dr Edial kepada Rakyat Cirebon.

Sembari menunggu para ahli melakukan riset lebih lanjut, dikatakan dr Edial, hal yang lebih penting adalah membangkitkan kembali kesadaran masyarakat untuk mengurangi konsumsi obat-obatan tanpa resep dokter, baik obat yang dijual umum, maupun obat-obatan yang sudah sering dibeli karena awalnya merupakan resep dokter.

Dijelaskan dr Edial, semua jenis obat pereda, baik pereda nyeri, pereda panas dan lainnya, sangat berpotensi dan sangat memungkinkan menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Terlebih, jika dikonsumsi secara terus-menerus dan tanpa pendampingan dokter.

"Menurut saya, edukasi masyarakat, kalau sakit harus ke dokter, itu yang penting. Obat apapun, kalau over dosis menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Seluruh obat anti nyeri, pasti akan berpengaruh pada fungsi ginjal. Kesimpulan buat saya, yang penting, sosialisasi. Kalau berobat ke dokter, karena dokter akan memberikan dosis yang tepat," jelasnya.

Dalam menangani pasien, lanjut dia, seorang dokter akan melihat apakah ada efek yang merugikan kepada pasien atau tidak. Sehingga jika ada, maka dokter pasti akan bertindak.

Sementara menyikapi instruksi dari Menteri Kesehatan untuk menyetop obat berbentuk sirup, ia pun kembali menyatakan itu bukan solusi. Namun instruksi pemerintah tetap harus diikuti.

"Instruksi Menkes harus kita ikuti. Saya imbau, seluruh dokter di Kota Cirebon ikuti anjuran pemerintah. Tapi apakah itu solusi? Menurut saya edukasi masyarakat itu lebih penting. Antibiotik juga sama, salah guna pasti mengganggu ginjal. Kurangi membeli obat di pasaran bebas," ujarnya.

dr Edial mengimbau kepada masyarakat, untuk tidak panik menyikapi informasi yang saat ini beredar.

"Paracetamol itu obat penurun panas yang paling ringan. Jadi jangan khawatir. Dan kalau bisa memang tidak dulu kalau yang sirup. Selama berobat ke dokter, percayalah dokter memberikan obat dengan dosis yang tepat. Jadi yang selama ini dapat obat sirup dari dokter jangan khawatir," imbuh dr Edial. (sep)

Sumber: