Kasus Balita Gagal Ginjal Akut Bertambah, Gejalanya Demam Hingga Diare

Kasus Balita Gagal Ginjal Akut Bertambah, Gejalanya Demam Hingga Diare

Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr Siti Maria Listiawaty MM memberikan keterangan mengenai update informasi soal hasil rilis BPOM. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON – Kasus gagal ginjal akut progresif atipikal yang diduga akibat mengonsumsi obat jenis sirup, sedang merebak di tanah air, termasuk Cirebon. Karena itu, pemerintah langsung mengambil langkah antisipatif. Di antaranya, dengan mengeluarkan larangan menjual dan meresepkan obat sirup kepada pasien.

Instruksi tersebut dikeluarkan langsung Menteri Kesehatan. Kemudian, direspons oleh pemerintah di seluruh daerah. Caranya, dengan menerbitkan surat edaran kepada Rumah Sakit, Apotek, FKTP hingga organisasi profesi di bidang kesehatan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr Siti Maria Listiawaty MM menyampaikan, sampai saat ini, Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tengah melakukan pemeriksaan terhadap 102 obat yang diketahui dikonsumsi oleh korban gagal ginjal akut yang terjadi.

"Instruksi untuk tidak menjual dan meresepkan obat sirup masih berlanjut. Meskipun BPOM sudah merilis hasil pemeriksaan sementara," ungkap dia.

Disebutkan Maria, dari rilis yang diterimanya, BPOM sudah memeriksa 102 jenis obat sirup yang teregister di BPOM, yang diketahui dikonsumsi oleh kasus-kasus yang terjadi. Dari jumlah tersebut, ada 23 obat yang dinyatakan tidak mengandung etilen glikol, zat yang diduga menjadi pemicu gagal ginjal akut.

Ada 7 obat yang boleh digunakan dalam batas penggunaan yang benar. Kemudian, ada 133 obat yang tidak terkait dengan 102 obat sirup yang diperiksa. Karena tidak dikonsumsi oleh penderita kasus-kasus yang terjadi.

"Kita masih menunggu, semua masih diproses. Setidaknya, ada beberapa obat yang sudah dinyatakan. Dari yang 102, awalnya 5, ada 3 yang dinyatakan mengandung Etilen Glikol," lanjutnya.

Ditanya mengenai kondisi di daerah saat ini, disebutkan dr Maria, Dinas Kesehatan menerima laporan dari salah satu rumah sakit. Ada satu pasien yang dari sisi gejala mirip dengan gejala kasus gagal ginjal akut. Namun semua itu masih dalam tahap penyelidikan.

"Ada satu kasus yang probable, terindikasi, tapi belum pasti. Usia anak di bawah 1 tahun. Gejalanya ada demam, batuk pilek, ada muntah, diare dan ada kenaikan dari urium di urine-nya. Sedang perawatan, kita pantau di salah satu RS di Kota Cirebon," sebut dia.

Karena masih dalam tahap penyelidikan, maka ia pun belum bisa memastikan, apakah kasus tersebut merupakan kasus gagal ginjal akut, dan disebabkan oleh konsumsi obat berjenis sirup. Sehingga ia meminta agar masyarakat tetap tenang dan tidak khawatir.

"Masih dalam penelusuran survei epidemologi. Apakah karena konsumsi obat atau bukan. Untuk masyarakat diimbau untuk tidak khawatir. Namun tetap berhati-hati. Karena semua masih dalam proses. Tetap waspada dan bijak dalam mengonsumsi obat. Kurangi mengonsumsi obat-obatan yang bebas," imbuh dr Maria.

Sebelumnya, Direktur RSD Gunung Jati (RSDGJ) Cirebon, dr Katibi MKM membeberkan data kasus dua tahun terakhir. Pada tahun 2021, kasus gagal ginjal yang menjalani rawat jalan mencapai angka 224 pasien, rawat inap sebanyak 97 pasien, dan angka kematian di angka 15 kasus.

Di tahun berikutnya, tahun 2022 ini, sampai rekap data terakhir di bulan September, tercatat sudah ada 224 kasus yang menjalani perawatan rawat jalan, 143 kasus rawat inap, dengan angka kematian 9 kasus.

Dibanding tahun lalu, meskipun angka keseluruhan mengalami peningkatan, namun dari segi angka kematian bisa ditekan dan mengalami penurunan.

Angka dari data pelayanan tersebut, kata dr Katibi, bukan karena persoalan yang saat ini ramai di perbincangkan.

"Bukan kali ini saja. Dari dulu kita sudah menangani penyakit gagal ginjal ini. Dan itu bukan karena pemicu obat yang sekarang ini banyak diduga. Ya, banyak faktorlah," ungkap dr Katibi.

Saat ini, RSD Gunung Jati memang sedang menangani dua pasien gagal ginjal akut. Bahkan, salah satunya masih tergolong anak-anak. Namun gagal ginjal keduanya bukan karena obat.

"Yang terbaru, kalau gagal ginjal akut ada beberapa kasus. Itu pun akibat operasi besar. Ada anak-anak, itu akibat operasi besar. Yang dewasa ada karena operasi besar," jelasnya.

Namun demikian, sebagai langkah antisipasi dari merebaknya informasi saat ini, meskipun di Kota Cirebon diharapkan tidak sampai ada kasus, pihak RSD Gunung Jati dipastikan siap memberikan pelayanan dan perawatan.

Terlebih, saat ini RSD Gunung Jati sudah menjadi rujukan dari jejaring empat pelayanan. Salah satunya jadi rujukan penyakit gangguan saluran kemih dan ginjal.

"Langkah antisipatif dalam pencegahan gangguan gagal ginjal akut (GGA), baik anak atau dewasa, kita diwacanakan menjadi rujukan jejaring empat hal. Yakni jantung atau kardiovascular, kanker, stroke dan saluran kemih dan ginjal. Jadi kita siap," paparnya.

Sementara, Direktur Perumda Farmasi Ciremai, Emirzal Hamdani SE Ak mengatakan, sejak diterbitkan pada Rabu tanggal 19 Oktober lalu, Perumda Farmasi Ciremai Cirebon langsung menarik semua obat-obatan berbentuk sirup dari Apotek Ciremai.

"Kami kemarin (Rabu, red) sudah dapat info pasti. Kami dapat SE dari Dinkes tertanggal 19 Oktober. Kami langsung stop penjualan obat berbentuk sirup," tandasnya.

Perumda Farmasi langsung berkoordinasi dengan distributor obat yang menjadi mitranya, untuk menanyakan kebijakan apa yang bisa diberikan.

Pasalnya, obat-obatan jenis sirup ini pun memiliki masa kedaluwarsa. Sehingga, jika instruksi ini berlarut-larut, maka Perumda Farmasi perlu mencari alternatif antisipasi.

"Risiko kita, obat itu ada masa kedaluwarsanya. Makanya, kita koordinasi dengan distributor, seperti apa kebijakannya nanti. Kita sih berharap segera diputuskan, sehingga kita dapat kepastian," jelas Emir.

Belum lagi, mengenai ketersediaan obat, disebutkan Emir, di Apotek Ciremai, hampir 25 persen obat-obatan yang dijual berbentuk sirup. Sehingga, jika berlarut-larut tanpa kepastian, dikhawatirkan akan berpengaruh pada cashflow perusahaan.

"Obat untuk anak dialihkan ke racikan dulu. Dan untuk stok obat di apotek kami, itu hampir 25 persen sirup," pungkas dia. (sep)

Sumber: