DKP3 Jamin Pupuk Petani tebu

DKP3 Jamin Pupuk Petani tebu

SABIT. Salah seorang petani tebu sedang melakukan aktivitas panen, yang terkendala distribusi ke PG Jatitujuh beberapa waktu lalu.--

RAKYATCIREBON.ID, MAJALENGKA - Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perkebunan (DKP3) Kabupaten Majalengka menjamin ketersediaan pupuk untuk tanaman tebu petani di Kabupaten Majalengka, hanya mengimbau pemupukan harus sesuai dengan dosis atau takaran yang direkomendasikan oleh pemerintah.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Majalengka Iman Firmansyah, menyikapi keluhan sejumlah petani tebu yang menyebutkan kurangnya pupuk untuk tanaman tebu.

Disampaikan Iman, Kabupaten Majalengka memperoleh kuota pupuk yang cukup banyak sesuai dengan estimasi tanam tebu juga padi dan jagung, urea sebanyak 34.777 ton serta NPK sebanyak 17.257 ton sesuai potensi tanam.

“NPK aman untuk tanaman tebu, karena petani tebu tidak menggunakan pupuk urea,” ungkap Iman, Senin (31/10).

Diapun menjamin para petani tebu telah memiliki kartu tani sesuai dengan areal tanam yang dimilikinya, sehingga kuota pupuk tidak akan berebut dengan petani lain karena pembelian dilakukan berdasarkan kuota yang ada dalam kartu tani.

Ketua APTRI Kabupaten Majalengka, Jojo Sutarjo mengatakan selama ini para petani membeli pupuk kujang nonsubsidi dengan harga Rp12.000 per kg. Harga pupuk kini turun karena sebelumnya mencapai Rp13.250 per kg serta ZA Plus Rp6.000 per kg.

Tahun kemarin menurutnya pembelian pupuk non subsidi untuk pemupukan tebu mencapai 800 ton, karena untuk setiap hektare tanaman dibutuhkan pupuk sebanyak 5 kuintal.

Pemupukan dilakukan tiga kali selama tanam, pertama disaat usia 1 hingga 3 bulan. Ditambah pemupukan daun yang dilakukan diantara usia 3 hingga 4 bulan dan pemupukan ketiga diantara usia tanam 5 hingga 6 bulan.

Banyaknya pemupukan dengan NPK dan pupuk daun ini agar bobot lebih berat dan pertumbuhan rumpun juga lebih banyak serta sama tinggi dengan pohon induknya, jika demikian maka produksi tebu akan lebih banyak dan sangat berkorelasi dengan gula yang dihasilkan.

“Jadi kalau pupuk maksimal, pertumbuhan anak pada satu rumpun anak banyak dan bobot juga besar, anak dari setiap rumpun akan tumbuh tinggi sehingga saat tebang anak bisa dipanen. Tak ubahnya dengan tanaman padi, kalau pupuk banyak rumpun juga besar karena batang bisa beranak pinak, karena banyak hasil panennya juga banyak,” kata Jojo.

Dia menyebutkan, yang paling jadi kendala serta yang sangat dibutuhkan para petani tebu adalah mesin alat panen tebu, jika ada alat panen maka biaya produksi tidak akan terlalu besar karena panen bisa menggunakan mesin. Selain itu buruh tebang belakangan semamin berkurang hingga harus mendatangkan dari luar Majalengka.

“Kalau ada mesin tebang seperti mesin panen padi, maka panen tebu akan lebih cepat dan murah. Tidak akan ada keluhan seperti sekarang sudah masuk musim penghujan areal yang belum ditebang masih sangat luas, diperparah dengan curah hujan yang tinggi sehingga menyulitkan angkutan. Terkadang truk pengangkut tebu tidak bisa keluar dari area perkebunan karena jalan berlumpur, ban nancep di lumpur,” ungkap Jojo yang merencanakan areal tanam TRI di musim tahun depan seluas 1.500 hektare meliputi Majalengka, Indramayu dan Sumedang.

Yang tak kalah vital adalah akses jalan angkutan ke gudang gula, karena lelang gula dan pembayaran uang gula ke petani juga sering terhambat kondisi jalan yang rusak parah. Jalan berlumpur hingga setebal 30 cm. Tak heran jika kendaraan kontainer yang akan mengangkut dan membawa gula mengalami kesulitan.

“Lelang gula petani di PG Jatitujuh ini selalu terhambat, sulit terjual dan pemodal enggan membeli gula karena akses jalan yang jelek. Berbeda dengan gula lain yang akses jalannya bagus, kontainer mudah masuk perjalanan lebih cepat,” ungkap Jojo.

Dia berharap pemerintah bisa memfasilitasi mesin dan memperbaiki ruas jalan antara perbatasan Indramayu hingga ke gudang gula sejauh kurang lebih 8 km. (hsn)

Sumber: