Pengembalian Pusaka Cirebon oleh Belanda Tanpa Paksaan, Segan dengan Kharisma Sunan Gunung Jati

Pengembalian Pusaka Cirebon oleh Belanda Tanpa Paksaan, Segan dengan Kharisma Sunan Gunung Jati

JELASKAN. Artefak atau benda pusaka lainnya yang dibawa Belanda dari sejumlah kerajaan di Indonesia juga dialami Kasultanan Cirebon. Hal itu dibenarkan Budayawan Cirebon, Mustaqim Asteja. FOTO : SUWANDI/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON -  Pengembalian ratusan artefak berharga milik Indonesia oleh pemerintah Belanda dianggap sikap yang adil. Sebab, ratusan benda pusaka diperoleh Belanda pada masa kolonial dengan cara tidak sah.

Rupanya, artefak atau benda pusaka lainnya yang dibawa Belanda dari sejumlah kerajaan di Indonesia juga dialami Kasultanan Cirebon. Hal itu dibenarkan Budayawan Cirebon, Mustaqim Asteja.

Menurut Mustaqim, informasi adanya benda pusaka Cirebon di Belanda diperoleh dari katalog museum Belanda di Roterdam. Mustaqim pernah melihat katalog yang menerangkan koleksi museum salah satunya benda pusaka asal Cirebon.

"Berdasarkan arsip yang saya ketahui ada peninggalan bersejarah di antaranya batik kuno kemudian bendera Cirebon ada di Kota Roterdam. Saya pernah dalam suatu seminar dikatakan bahwa bendera Cirebon masih ada di Roterdam," kata Mustaqim, Jumat (14/7/2023).

Selain itu, Mustaqim juga menemukan sumber lain yang menerangkan adanya pelimpahan benda pusaka Cirebon ke Belanda. Seperti Cirebon turun-temurun dari pihak Kasultanan Cirebon, naskah kuno dan forum akademik kesejarahan Cirebon.

"Yang saya ketahui ada pengambilan buku karya sejarah berupa buku dan kotab oleh Belanda kemudian diolah sedemikian rupa kitab yang ada di Kelenteng Talang itu dibawa beberapa cikar (gerobak pedati) yang dianggap sangat berharga oleh Penasehat Kolonial di Bidang China namanya Portman," jelas Mustaqim.

Menurutnya, diambilnya benda pusaka asal Cirebon oleh Belanda tidak bisa dihindari lantaran Cirebon juga pernah dijajah Belanda dalam kurun waktu yang lama. Karena itu terjadi interaksi antara  Belanda dan Kasultanan Cirebon.

"Terkait benda-benda pusaka yang bernilai budaya di Cirebon karena Cirebon mengalami masa kplonial sudah sangat lama sejak tahun 1681 tentu dengan rentang sejarah yang panjang itu ada suka dukanya," tambah Mustaqim.

Namun demikian, pengambilan benda pusaka Cirebon oleh Belanda diperoleh bukan dengan cara perampasan. Sebab, antara Kasultanan Cirebon dan Belanda terjalin hubungan yang harmonis.

"Namun terkait benda pusaka yang ada di Belanda tentunya banyak baik itu secara pemberian secara hibah dari keraton atau hadiah dan lain sebagainya," tambahnya.

Lebih lagi, Cirebon masih dipandang sebagai kerajaan Islam yang kharismatik. Karena didirikan oleh Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah. Belanda pun segan jika melakukan konfrontasi dengan Kasultanan Cirebon.

"Rada segan karena Cirebob masih punya karisma secara langsung tidak ada penjarahan karena karisma Sunan Gunung Jati ini masih dipertimbangkan oleh bangsa kolonial sehingga keraton masih ada sampai sekarang," ucapnya.

Selain itu, pada masa kolonialisme, Kasultanan Cirebon dipimpin langsung oleh gubernur jenderal Belanda atau status gubernemen landen. Saat itu aset Kasultanan Cirebon dikelola oleh Belanda.

"Selain Cirebon dan Banten kerajaan Islam lainnya status tata negaranya zelfbestuur landschappen artinya raja-raja selain Cirebon itu memerintah sendiri (otonomi), asetnya dikelola sendiri. Sehingga hartanya lebih banyak, " pungkasnya. (wan)

Sumber: