Indonesia Butuh 12% Entreprenuer dari Total Populasi, Agar Keluar dari Middle Income Trap

Indonesia Butuh 12% Entreprenuer dari Total Populasi, Agar Keluar dari Middle Income Trap

ENTREPRENEUR. Untuk menjadi negara maju, idealnya Indonesia harus punya pendapatan perkapita US$30.000 pada tahun 2045 mendatang. Kuncinya terletak pada peningkatan jumlah entrepreneur. FOTO : SUWANDI/RAKYAT CIREBON--

CIREBON - Indonesia belum bisa lepas dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap). Kondisi ini masih jadi 'mimpi buruk' transformasi jadi negara maju tahun 2045.

Hal itu disampaikan Direktur Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Kemendag, Krisna Ariza SIP ME saat berkunjung ke Kota Cirebon, pekan lalu.

Menurut Krisna, idealnya Indonesia harus punya pendapatan perkapita US$30.000 pada tahun 2045 mendatang. Kuncinya terletak pada peningkatan jumlah entrepreneur.

"Baru mencapai 3,4 persen. Untuk menuju negara Indonesia Maju di tahun 2045 dengan pendapatan perkapita sekitar US$30.000 saat ini kita masih sekitar US$5.000 sekarang ini. Itu hasil wirausaha harus mencapai 12 persen dari populasi," kata Krisna. 

Angka itu selaras dengan jumlah angkatan kerja produktif pada 10 sampai 20 tahun mendatang. Jika tidak dibarengi dengan kesempatan kerja yang memadai, bonus demografi bakal jadi beban demografi.

"Tadi disinggung bonus demografi. Bonus demografi kita cukup tinggi. Kalau 10 tahun ke depan di tahun 2030 angka tenaga kerja kita itu sangat luar biasa," katanta.

Meski pun program pemerintah sudah mengarah pada tujuan Indonesia Maju tahun 2045, namun tetap dibutuhkan akselerasi guna memastikan prosesnya berjalan sesuai rencana. 

"Kalau dengan tenaga kerja usia produktif yang cukup besar tidak bisa tersalurkan, tidak bisa menciptakan entrepreneur, kemudian seorang wirausaha baru ini menjadi masalah atau yang kita kenal dengan midle income trap," jelasnya.

Sebab, kata dia, jika dibanding negara terbelakang yang sudah berkembang, Indonesia yang saat ini negara berkembang harusnya sudah beranjak menjadi negara maju.

"Sementara negera lain yang dulunya less development country seperti Bangladesh, Myanmar, dulu di bawah negara berkembang sekarang sudah menjadi negara berkembang. Mereka sebagai negara berkembang sama seperti kita. Harusnya kita naik menjadi negara maju," ucap Krisna.

Dibutuhkan peran aktif generasi muda agar mau memulai gerakan wirausaha secara mandiri. Disamping gerakan yang diusung pemerintah melalui berbagai programnya.

"Nah, kalau kita tidak bisa memanfaatkan bonus demografi yang cukup besar ini akan menjadi masalah tersendiri," pungkasnya. (wan)

Sumber: