Memahami Psikosomatis, Berikut 3 Mitos dan Fakta yang Perlu Kamu Ketahui

Memahami Psikosomatis, Berikut 3 Mitos dan Fakta yang Perlu Kamu Ketahui

Ilsutrasu penyakit pikiran yang menganggu kesehatan mental. Foto: Pinterest/rakyatcirebon.disway.id--

CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Bagi banyak orang yang peduli dengan kesehatan mental, istilah "psikosomatis" mungkin sudah tidak asing lagi.

Sering kali, orang menganggap bahwa psikosomatis berarti seseorang mengalami penyakit karena pikiran mereka.

Namun, menurut dokter Jiemi dalam akun TikTok pribadinya @jiemiardian, pemahaman ini tidak sepenuhnya akurat.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tiga mitos umum tentang psikosomatis dan menjelaskan fakta-fakta yang lebih mendalam.

Mitos 1: Psikosomatik adalah Diagnosis

Salah satu mitos umum tentang psikosomatis adalah bahwa itu adalah diagnosis medis. Namun, psikosomatis sebenarnya adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari hubungan antara pikiran dan tubuh.

Ini mirip dengan bidang-bidang lain seperti neurologi atau kardiologi, yang juga merupakan studi spesifik dalam kedokteran.

Dengan kata lain, psikosomatis bukanlah sebuah diagnosis, melainkan bidang yang mengeksplorasi bagaimana pikiran dan emosi dapat mempengaruhi kesehatan fisik.

Contohnya, tidak ada seseorang yang didiagnosis dengan "kardiologi," tetapi seseorang bisa didiagnosis dengan kondisi jantung yang di dalamnya, kardiologi adalah bidang yang relevan untuk memahaminya.

Begitu juga, psikosomatis adalah studi tentang bagaimana masalah psikologis dapat memengaruhi kondisi fisik seseorang, bukan diagnosis spesifik.

Mitos 2: Semuanya Ada di Kepalamu

Mitos lain yang sering ditemui adalah bahwa gejala psikosomatis hanya ada di kepala seseorang. Memang benar bahwa pikiran dapat mempengaruhi tubuh, tetapi tidak semua gejala fisik disebabkan oleh pikiran sadar.

Dalam banyak kasus, gangguan psikosomatis seperti gangguan gejala somatik dapat menyebabkan gejala fisik yang nyata tanpa adanya kesadaran atau kontrol penuh atas pikiran yang menyebabkannya.

Misalnya, seseorang mungkin mengalami nyeri kronis atau kelelahan tanpa adanya penyebab medis yang jelas, dan ini bisa disebabkan oleh faktor psikologis yang tidak sepenuhnya disadari.

Sumber: