Figur Bupati Impian Rakyat, Jangan Pergi Setelah Jadi

Figur Bupati Impian Rakyat, Jangan Pergi Setelah Jadi

SURVEI. Tim Survei Pemilu Rakyat saat berbincang dengan salah satu warga di Dapil 2. FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Cirebon lebih baik, menjadi impian semua pihak. Tanpa kecuali, kalangan terbawah sekalipun. Mereka bermimpi, daerahnya bisa bersaing dan ada perubahan dari setia eranya.

Kongkretnya, mulai dari terbukanya kesempatan kerja, tersedianya peluang yang diusahakan, terpenuhinya akses pendidikan yang layak, kesehatan hingga ruang terbuka hijau yang memadai.

Salah satunya, disampaikan seniman jalanan asal Klangenan, Lilik. Kesehariannya berkeliling ke desa-desa dengan rombongan anak muda yang dia kelola. Menghibur warga, dengan alunan musik angklung yang dimainkan bersama.

Ada harapan, yang disampaikan ketika tim Pemilu Rakyat menggelar pengawasan terkait Pilkada di daerah pemilihan (Dapil) 2, Jumat (2/8) lalu. Seniman daratan sepertinya, minta dimanusiakan. Diberikan tempat berekspresi, yang layak.

"Misalnya diadakan festival. Tahun kemarin, ada. Kedepan kalau bisa diperbanyak lagi. Jangan sampai dihilangkan. Eman ," katanya.

Seniman-seniman sepertinya, hanya mengandalkan skill bermusik. Kalau eventnya tidak ada, berkeliling kampung menjadi pilihan. "Untuk melangsungkan hidup. Dapur kan harus tetap berasap. Ada anak dan istri yang harus kita sepanjang hidupnya," katanya.

Ia pun menyoroti soal festival yang harus terus diagendakan. Alasannya, eksistensi seniman, ada didalamnya. Selain itu, sebagai bagian dari upaya menghadirkan kekayaan seni suatu daerah.

"Kan selama ini, kita sering kagetan. Tiba-tiba kesenian kita di klaim di luar negeri. Padahal, kita sendiri tidak menghargainya," katanya.

Lain halnya dengan Lilik, penjual empal Gentong di Alun-alun Palimanan, Sukarni mengeluhkan soal jaminan kesehatan yang tidak bisa diakses disaat-saat krusial. Sangat dia butuhkan. Ia pun bercerita, saat itu suaminya sempat ngedrop sakit. Harus mendapat perawatan intensif dari rumah sakit.

Ternyata, kartu JKN KIS atau BPJS Kesehatan yang dimilikinya, tidak aktif. Mengecewakan. "Dulu, waktu suami sakit. Mau dirawat, kartunya malah tidak aktif. Harus diurus kesana kemari. Akhirnya, mentok. Dibawanya ke Puskesmas," katanya.

Tak hanya itu, Sukarni pun mengeluhkan soal keberadaan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Meski fasilitas yang dimilikinya, namun tak pernah merasakan manfaatnya. Anak pertama, sampai lulus MA--setara SMA, tidak mendapatkan manfaat dari fasilitas negara.

“Sampai lulus, tidak pernah mendapatkan pemerintah,” katanya.

Ia pun berharap, sosok yang nanti bakal manggung dalam kontestasi Pilkada, memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Sehingga, kebijakan yang dihasilkan, memiliki keberpihakan kepada masyarakat kecil.

“Jangan sekedar tebar janji. Setelah jadi, kami ditinggal pergi. Harus bisa ngayomi ,” pungkas masyarakat. (zen)

Sumber: