Cerita Inspiratif Perjalanan dan Perjuangan Aktivis Gozali El Hamidy Dituangkan Dalam Buku Baru Ishtar Vie
LAUNCHING. Penulis Ishtar Vie meluncurkan buku berisi biografi Aktivis Gozali El Hamidy selama masa hidupnya.-Indah Tri Sutono/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID-Indah Tri Sutono/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID
CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Ishtar Vie, penulis asal Cirebon kembali meluncurkan buku baru. Sebelumnya, Ishtar Vie juga meluncurkan novel berjudul ’Mengejar Cakrawala’, buku yang baru diluncurkan ini berjudul ’GEH, The Untold Story’.
GEH merupakan singkatan dari Gozali El Hamidy yang merupakan almarhum ayahanda sang penulis. Dalam novel ini, sosoknya digambarkan sebagai sosok aktivis, namun tetap tidak melupakan nilai agama.
Ishtar Vie tidak sendiri menulis novel ini. Sang suami, Sutan Aji Nugraha yang merupakan menantu dari Gozali El Hamidy juga ikut menyumbangkan tulisannya dalam buku tersebut. Pj Sekda Kota Cirebon, M Arif Kurniawan hadir langsung saat launching dan mengapresiasi buku tersebut.
Sang penulis, Ishtar Vie mengatakan, buku ini merupakan biografi atau faksi kisah yang inspiratif. Ia mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar, khususnya Sutan Aji Nugraha yang selalu memberikan dukungan, sehingga novel ini selesai ditulis secara rapi dan bisa dilaunching.
Menurut Ishtar Vie, Gozali El Hamidy merupakan tokoh dan aktivis yang cukup dikenal masyarakat. Sehingga ia ingin perjuangan sang ayahanda bisa dikenal luas oleh masyarakat Cirebon. Selain itu, semangat untuk menulis buku ini yakni kerinduan anak kepada sosok ayah yang sudah lama meninggal dunia.
“Jadi ini salah satu wujud bahwa kita mencintai beliau, dengan menulis tentang sejarah kehidupan beliau,” ungkap Ishtar Vie.
Sebagai ayah, Gozali El Hamidy bisa menjadi pendidik yang baik. Gozali juga mempunyai kepedulian di bidang seni, budaya dan juga merupakan seorang aktivis yang luar biasa. Ia mengatakan, dedikasi dan peran yang dijalani Gozali menjadi teladan yang baik yang harus dicontoh.
“Sebagai pendidik mengajarkan bonding yang kuat antara guru dan anak didik, tanpa memandang fisik dan status sosial peserta didik. Beliau meyakini siswa mempunyai potensi yang luar biasa,” ujarnya.
“Kita ambil pelajaran sebagai pecinta seni dan budaya, beliau berkarya di dunia seni. Tapi selama berkarya di dunia seni, tidak menghilangkan nilai agama. Karya seni yang ditampilkan selaku bernilai agama,” lanjutnya.
Vie menggambarkan, Gozali El Hamidy sebagai aktivis, sang ayahanda selalu menekankan pentingnya kaderisasi. Namun kaderisasi yang berkualitas, bukan hanya estafet saja. Gozali bukan saja mewariskan kepemimpinan, namun juga daya juang dan pola pikir yang berkembang.
“Kita belajar dari beliau peran ayah dalam keluarga sangat penting. Bukan hanya pencari nafkah, tapi harus menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. Saya yakin dengan kehadiran buku ini akan lahir kepemimpinan yang berjiwa leader, kita akan mampu mengembangkan seni dan budaya,” paparnya.
Proses penulisan buku ini, dikerjakan selama 30 hari nonstop. Meski ada jeda setelah menulis hingga proses terbit, namun ia bersyukur bisa menyelesaikan buku. Suami Ishtar Vie, Sutan Aji Nugraha, sekaligus menantu dari Gozali El Hamidy mengaku hanya dua tahun mengenal sang ayah mertua.
Meski terbilang waktu yang singkat, ia menilai aktivitas keseharian dari Gozali El Hamidy tidak muncul ke
permukaan dan lebih banyak bergerak di ‘bawah tanah’.
“Saya pernah ketemu musuh pak Gozali, tapi bukan konteks Ukraina vs Rusia. Musuh dalam bertarung ide dan gagasan. Dia mengakui kehebatan Gozali di sektor organisasi politik dan ideologi,” kata Sutan Aji.
Sumber: