Jari Tangan Petani Tak Lelah Melawan Ancaman Sumber Pangan di Lumbung Padi
TRIK. Petani Poktan Sri Trusmi Satu memasang perangkap tikus berteknologi ramah lingkungan dan ekonomis. FOTO: TARDIARTO AZZA--
Fungsi lainnya, juga dapat melihat populasi atau intensitas dari instar hama dan penyakit yang menyerang untuk strategi pengendalian yang tepat.
Adapun produk agens hayati yang telah dikembangkan diantaranya Trishoderma (Bio Fungisida), Verticillium (Bio Insektisida), Paenibacillus Polymyxa (pengendali penyakit), Gliocladium (pengendali penyakit layu), Bacillus Sp (pengendali penyakit), Pseudomonas (Bio Pestisida), Beauveria Bassiana (Insektisida), dan Plant Growt Promoting Rhizobakteria PGPR (pupuk organik).
Penggunaannya dalam produksi padi telah dirasakan manfaatnya. Baik dari segi biaya produksi lebih murah, dan ketahanan tanaman dengan menggunakan produk alami yang jauh lebih kuat dibanding dengan penggunaan produk kimiawi.
Untuk memenuhi ketersediaan bahan pembuatan produk-produk agens hayati itu tidak hanya mengandalkan anggota kelompok, juga melibatkan masyarakat sekitar. Pelibatannya tersebut dalam penyediaan bahan baku seperti kentang dan kotoran ternak. Sehingga diharapkan perekonomian masyarakat di desa dapat berjalan dari pengembangan produksinya.
Dalam program CSR yang direalisasikan tersebut, Pertamina EP Jatibarang Field tidak hanya berupaya meningkatkan kapasitas petani di wilayah kerjanya saja, juga melihat sisi lingkungan dan kesehatan terhadap mutu pangan. Dalam hal ini, kerusakan lingkungan dan dampak buruk pada kesehatan akan dapat dicegah akibat terus bertambah tingginya paparan produk kimia pada tanaman pangan.
Dengan inovasi itu sangat diharapkan bisa menjadi bagian dalam menjaga keseimbangan alam. Terlebih lagi merupakan satu-satunya di Indramayu yang memproduksi isolate starter agens hayati untuk menciptakan pertanian yang ramah lingkungan. "Ketahanan pangan harus sejalan dengan ketahanan energi," pungkasnya. (tar)
Sumber: