Jari Tangan Petani Tak Lelah Melawan Ancaman Sumber Pangan di Lumbung Padi

Jari Tangan Petani Tak Lelah Melawan Ancaman Sumber Pangan di Lumbung Padi

TRIK. Petani Poktan Sri Trusmi Satu memasang perangkap tikus berteknologi ramah lingkungan dan ekonomis. FOTO: TARDIARTO AZZA--

Teknologi itu pertama kali diterapkan di lahan persawahan seluas 87 hektar. Penggunaannya yang tidak membutuhkan umpan tersebut terbukti berhasil mengendalikan hama tikus dan menjaga produksi padi.

"Ada beberapa yang diterapkan di lahan sawah yang bersebelahan dengan yang menggunakan jebakan listrik genset. Langkah ini sebagai bentuk upaya untuk mengajak petani lainnya menggunakan teknologi aman dan ramah lingkungan," ungkap Waklan.

Teknologi ramah lingkungan lainnya yang digunakan bersamaan dan lebih dulu dari penggunaan bubu, yaitu Rumah Burung Hantu (Rubuha). Dengan cara ini pula, hama tikus dapat dikendalikan. Setiap burung yang juga dikenal dengan sebutan Tyto Alba ini mampu mendapatkan 3 ekor tikus tiap malam.

Kendalanya, tiang penyangga yang terbuat dari kayu hanya bertahan 1,5 tahun. Juga beban memberi makan, untuk 4 burung hantu dibutuhkan 11 ekor ayam per harinya.

"Jadi untuk penanggulangan jangka pendek itu pakai perangkap bubu, jangka panjangnya menggunakan rubuha," ujarnya.

Penyuluh pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kedokanbunder dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura (TPH) Provinsi Jawa Barat, Wawan Hermawan menerangkan, penggunaan bubu dengan metode TBS dan LTBS dapat membantu petani dalam pengendalian hama tikus.

Ia memastikan, penggunaan bubu tersebut sangat efisien, efektif, dan aman. Bahkan terbukti berhasil mengendalikan hama tikus dan meningkatkan produksi padi.

Sedangkan penggunaan rubuha, diakuinya pesimis saat pertama kali dengan perkiraan yang datang hanya burung gereja. Namun usaha tidak mengkhianati hasilnya. Burung hantu berdatangan dan membantu 112 anggota Poktan Sri Trusmi Satu dalam mengendalikan hama tikus.

"Upaya-upaya yang dilakukan para petani itu tidak saja untuk menghindari kerugian, tapi mendorong juga peningkatan produktivitas padi. Apalagi Kabupaten Indramayu ini sebagai daerah lumbung padi nasional," ungkapnya.

Officer Communication & Relation Pertamina EP Zona 7 Jatibarang Field, Andhar Lutfi mengapresiasi konsistensi Poktan Sri Trusmi Satu yang intens melakukan langkah-langkah dalam menjaga dan meningkatkan produktivitas tanaman padi. Terlebih upayanya dengan melakukan penerapan teknologi yang sederhana, murah, tidak membahayakan, dan ramah lingkungan.

Pihaknya melakukan pendampingan dan menjadikannya mitra binaan sejak tahun 2018 dengan program Jari Tangan. Pada mulanya program ini mengembangkan inovasi pupuk hayati dengan didukung laboratorium.

"Poktan tersebut mulai mandiri tahun 2022, tapi tetap kita support," sebut Andhar.

Pada Desember 2019, Kelompok Tani (Poktan) Sri Trusmi Satu di Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu resmi memiliki laboratorium Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH). Bantuan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina EP Jatibarang Field itu, termanfaatkan untuk pengembangan inovasi yang salah satunya menciptakan teknologi pertanian ramah lingkungan.

Laboratorium tersebut terletak di Blok Truwali RT 12/03, Desa Kedokanbunder Wetan. Lokasinya di dekat Stasiun Pengumpul Utama-A (SPU-A) Pertamina EP Jatibarang Filed, Subholding Upstream Regional Jawa.

Bantuan laboratorium tersebut dapat difungsikan dalam kegiatan pengembangan isolat/starter agens hayati untuk perlindungan tanaman pangan dan hortikultura. Sehingga isolat yang telah dibuat dapat diproduksi secara massal di tempat steril dengan hasil maksimal.

Sumber: