Langkah Gus Miftah Mundur dari Jabatan Utusan Khusus Presiden Dinilai Simbol Kesatria

Langkah Gus Miftah Mundur dari Jabatan Utusan Khusus Presiden Dinilai Simbol Kesatria

SEBUT. KH Imam Jazuli menyebut keputusan Gus Miftah yang mundur dari jabatannya, dinilai sebagai simbol jiwa kesatria. FOTO : ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID,CIREBON – Kabar pengunduran diri KH Miftah Maulana Habiburrahman, atau lebih dikenal sebagai Gus Miftah, dari posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia mencuri perhatian publik.

Langkah tersebut dinilai sebagai tindakan kesatria. Seperti disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia (BIMA) Cirebon, KH Imam Jazuli Lc MA kepada Rakyat Cirebon, Jumat (6/12).

"Alasan mundurnya Gus Miftah demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," kata KH Imam Jazuli mengutip pernyataan Gus Miftah.

Keputusan Gus Miftah untuk mundur tidak dipengaruhi tekanan dari pihak manapun. Dalam pernyataannya, lanjut Alumni Pesantren Lirboyo itu, Gus Miftah menyebutkan bahwa jabatan bukan segalanya jika dibandingkan dengan upaya menjaga keutuhan bangsa.

"Persatuan dan kesatuan bangsa jauh lebih penting dari jabatan apapun," tegasnya.

Tak hanya itu, Gus Miftah pun turut menyampaikan permohonan maaf kepada Presiden Prabowo Subianto dan seluruh masyarakat Indonesia atas kesalahannya.

Latar belakang kehidupan jalanan, bergaul dengan para preman, bahkan berdakwah di klub malam, sehingga sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan pejabat yang formal.

Ya, dalam beberapa pekan terakhir, Gus Miftah mendapat sorotan tajam dari publik dan netizen terkait pernyataan kontroversialnya. Meski demikian, Gus Miftah bersedia menerima kritik dan memilih untuk mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab moral.

Langkahnya pun menuai beragam tanggapan. Sebagian pihak melihat pengunduran diri Gus Miftah sebagai kemenangan suara publik, sementara lainnya menilai bahwa hanya sosok dengan hati tulus yang mampu melakukan tindakan tersebut.

Bahkan Gus Miftah dibandingkan dengan pemimpin Jepang, seperti Gubernur Prefektur Shizuoka, Heita Kawakatsu, yang mundur setelah membuat pernyataan kontroversial.

"Sikap Gus Miftah sebagai simbol jiwa kesatria. Bangsa Indonesia akan semakin besar jika memiliki lebih banyak pemimpin berjiwa kesatria seperti Gus Miftah," ujarnya.

Adapun mengenai nasib pengunduran dirinya Gus Miftah, lanjut Kiai Kaos Oblong itu, keputusan akhir berada di tangan Presiden Prabowo Subianto. Gus Miftah tetap dianggap sebagai aset bangsa dengan pengalaman uniknya dalam berdakwah, yang mencakup semua kalangan, termasuk komunitas marginal.

Jika permohonan pengunduran diri dikabulkan, langkah ini akan menjadi peringatan bagi pejabat lainnya untuk selalu mengutamakan kepentingan rakyat. Sebaliknya, jika Presiden menolak pengunduran diri tersebut, hal ini mencerminkan pengakuan terhadap ketulusan Gus Miftah dalam mempertahankan persatuan bangsa.

Gus Miftah kata Kiai yang juga merupakan  Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah itu dikenal sebagai sosok yang sering disebut “Presiden Para Pendosa”. Tentu sebutan itu dilandaskan karena dakwahnya yang merangkul berbagai golongan.

“Bangsa ini kekurangan sosok jujur, tulus, dan berjiwa kesatria seperti Gus Miftah," pungkasnya. (zen)

Sumber: