Gus Miftah: Permintaan Maaf dan Pelajaran dari Kesalahan

Gus Miftah: Permintaan Maaf dan Pelajaran dari Kesalahan

VIRAL. Gus Miftah memilih mundur dari Jabatan Khusus Kepresidenan. FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID – Gus Miftah, belakangan menjadi sorotan publik setelah sebuah potongan video dari pengajiannya menyebar luas di media sosial. Dalam video tersebut, gurauan Gus Miftah dinilai tidak pantas dan memicu gelombang kritik dari berbagai kalangan.

Kontroversi ini memaksa Gus Miftah mengambil langkah mundur dari jabatannya sebagai staf khusus kepresidenan. Keputusan tersebut diambil di tengah derasnya kritik dan hujatan yang dilayangkan kepadanya.

Namun, alih-alih membela diri atau menggugat pihak-pihak yang menyebarkan video tersebut, Gus Miftah memilih meminta maaf secara terbuka.

Permintaan maaf ini juga ditujukan kepada seorang pedagang es teh yang menjadi subjek gurauannya. Dalam pernyataannya, Gus Miftah mengakui kesalahannya dan menyampaikan rasa penyesalan yang mendalam.

“Kesalahan ini adalah pelajaran berharga bagi saya. Saya ingin memetik hikmah dari apa yang telah terjadi,” ujarnya kepada media sambil menahan tangis.

Keputusan untuk tidak melawan arus kritik menunjukkan sisi lain dari Gus Miftah sebagai seorang tokoh agama. Ia menegaskan bahwa meminta maaf adalah bentuk keberanian dan integritas, meskipun konsekuensinya berat.

Namun, permintaan maafnya tidak serta-merta menghentikan gelombang kritik. Hujatan masih terus mengalir dari berbagai pihak, sering kali atas nama pembelaan nilai-nilai agama. Ironisnya, sebagian pengkritik justru dinilai kurang melakukan introspeksi atas tindakan mereka sendiri.

Menurut Dr Zainal Mutaqin, sikap Gus Miftah mencerminkan kedewasaan seorang pemimpin. “Kesalahan memang tidak dapat dibenarkan, tetapi bagaimana seseorang menghadapi kesalahan itulah yang penting. Gus Miftah menunjukkan bahwa ada ruang untuk refleksi dan perbaikan diri,” ujarnya.

Kata Dr Zainal Mutaqin, kasus ini menjadi pengingat bahwa setiap orang dapat berbuat salah. Namun, cara seseorang merespons kesalahan itulah yang menentukan integritasnya. Gus Miftah memilih untuk mengakui kekhilafan dan menjadikannya pelajaran, langkah yang jarang diambil oleh figur publik di tengah budaya saling menyalahkan.

Bagi Gus Miftah, insiden ini menjadi momen introspeksi. Bagi masyarakat, kejadian ini adalah pengingat bahwa kritik seharusnya membangun, bukan menghancurkan. Kesalahan, jika disikapi dengan benar, dapat menjadi awal dari perubahan yang lebih baik. (zen)

Sumber: