Cerita Keluarga Korban, Malam Jumat Jadi Bancakan Terakhir Bareng Keluarga

Keluarga korban, Muin dan Jono (kanan ke kiri) ketika ditemui dikediamannya, Minggu (1/6). FOTO : ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKYAT CIREBON--
CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID – Malam Jumat kemarin terasa berbeda bagi keluarga Heri Santono, warga Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang. Ada rasa yang tak biasa. Itu diceritakan sang menantu, Muin, Minggu (1/6).
Pasalnya dimalam sebelum kejadian, mertuanya bersedia diajak makan bersama. Bancakan sederhana di rumah, hanya untuk mengikat hangatnya keluarga.
Biasanya, Heri—atau yang akrab dipanggil Tono—selalu menolak. “Buang-buang duit,” katanya ringan, setiap kali diajak kumpul.
Tapi malam itu berbeda. Mertuanya mengangguk. Tanda sepakat dengan ajakan anak-anaknya. Tono datang dan ikut makan. Tak disangka, itu menjadi malam terakhir ia bercengkerama bersama keluarganya.
Keesokan harinya, Jumat (30/5), Gunung Kuda longsor. Tanah, batu, dan puing menelan banyak harapan. Tono, yang bekerja sebagai sopir dump truck di PT AKA Al Zhariyah, ikut jadi korban. Hingga hari ketiga pasca kejadian, jasadnya belum ditemukan. Proses pencarian terpaksa dihentikan demi menghindari longsor susulan.
BACA JUGA:Tegaskan Longsor Gunung Kuda Bukan Bencana Alam, Tapi Kecelakaan Kerja
Adiknya, Jono, tak mampu menyembunyikan kesedihan. “Biasanya, kalau hari libur, kami semua kumpul di rumah orang tua. Tapi Jumat itu, malah jadi hari terakhir,” ucapnya lirih.
Kata Jono, kakaknya itu meninggalkan istri dan tiga anak. Anak pertama, perempuan, sudah menikah dan tinggal tak jauh dari rumah. Anak kedua dan ketiga—masih tinggal serumah, masih butuh kasih sayang dan tuntunan seorang ayah. Kini, semua berubah.
“Perekonomian keluarga sangat bergantung pada kakak saya,” kata Jono.
Ia pun berharap ada tanggung jawab dari pihak perusahaan tempat kakaknya bekerja. Sayangnya, hingga kini, bahkan ucapan duka pun tak kunjung datang.
“Kalau boleh meminta, kami minta pertanggungjawaban. Sekadar empati. Kami benar-benar butuh,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
BACA JUGA:DPRD Dukung Langkah Tegas Pemprov Jabar, Tutup Kawasan Tambang Gunung Kuda
Jono mengenang kakaknya sebagai pribadi yang berhati-hati dalam bekerja. Selalu mengenakan helm pelindung. Selalu memastikan keselamatan.
Keyakinan keluarga masih besar bahwa jasad Tono bisa ditemukan, andai pencarian dilanjutkan. Tapi waktu berjalan, dan tanah tak kunjung bersahabat.
Di antara reruntuhan dan tanah yang belum mengering, tersisa doa dan harap. Tentang seorang ayah yang pulang tanpa kabar. Tentang malam Jumat yang penuh makna, menjadi penutup kisah kasih terakhir. (zen)
Sumber: