Imam Jazuli: Pelayanan Haji 2025 Dinilai Sukses, Tapi Masih Perlu Perbaikan

Imam Jazuli: Pelayanan Haji 2025 Dinilai Sukses, Tapi Masih Perlu Perbaikan

RESPON. Wakil ketua Pimpinan Pusat Rabithoh Ma'ahid Islamiah ( Asosiasi Pesantren Indonesia), KH Imam Jazuli Lc MA mengapresiasi penyelenggaraan haji 2025. FOTO : DOC/RAKYAT CIREBON--

CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID – Penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 dinilai sukses. Pemerintah Arab Saudi menyatakan pelayanan dari sisi keamanan, kesehatan, dan manajemen jemaah berlangsung lancar. Namun, sejumlah evaluasi teknis tetap menjadi catatan untuk perbaikan di tahun mendatang.

Berdasarkan data Otoritas Statistik Arab Saudi, total jemaah haji tahun ini mencapai 1,67 juta orang, terdiri dari 877.841 laki-laki dan 795.389 perempuan. Dari jumlah tersebut, 166.700 merupakan jemaah domestik. Sisanya datang dari luar negeri melalui jalur udara (1,4 juta), darat (66.400), dan laut (5.100).

Indonesia mendapat kuota sebanyak 221.000 jemaah. Terdiri dari 203.320 jemaah reguler dan 17.680 jemaah haji khusus. Para jemaah diberangkatkan secara bertahap mulai 2 hingga 31 Mei 2025, dan ditempatkan di 112 hotel di Makkah serta 95 hotel di Madinah.

Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithoh Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pesantren Indonesia), KH Imam Jazuli Lc MA memberikan apresiasi terhadap kinerja Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi.

Menurut Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon itu, setidaknya terdapat lima capaian penting yang patut diapresiasi. Pertama penurunan biaya haji. Di tengah tekanan ekonomi global dan pelemahan rupiah, Kemenag bersama DPR berhasil menurunkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dari Rp93,4 juta menjadi Rp89,4 juta, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.

Kedua, Pencegahan Monopoli Layanan
Tahun ini, delapan perusahaan penyedia layanan (syarikah) terlibat dalam penyelenggaraan haji, menggantikan sistem monopoli layanan sebelumnya. Hal ini dinilai mendukung transparansi dan akuntabilitas.

Ketiga, fleksibilitas pembayaran dam. Pertama kalinya, pembayaran dan penyembelihan Dam dapat dilakukan melalui dua jalur, yakni program Adahi di Arab Saudi dan lewat Baznas di Indonesia. Baznas berhasil mengumpulkan lebih dari Rp21 miliar dari sekitar 8.451 jemaah dan petugas.

Keempat, penurunan jumlah jemaah wafat. Berdasarkan data Siskohat, jumlah jemaah Indonesia yang wafat turun dari 461 jiwa pada 2024 menjadi 279 jiwa pada musim haji tahun ini.

Kelima, dorongan terhadap ekonomi haji. Program ekspor bumbu nusantara ke Arab Saudi meningkat pesat dari 16 ton (2023), 70 ton (2024), menjadi 475 ton tahun ini. Pemerintah juga tengah menyiapkan rencana pembangunan perkampungan haji.

Meski demikian, kata Kiyai yang juga merupakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015, ada sejumlah kendala teknis yang muncul akibat penggunaan delapan syarikah. Proses pengisian kursi kosong, pengurusan visa, serta penggabungan jemaah dengan mahram dan pendamping lansia dinilai masih belum optimal.

"Akibatnya, beberapa jemaah terpisah dari keluarga, regu, rombongan, bahkan dari kloter dan KBIH-nya. Kondisi ini berdampak hingga di Arafah, Muzdalifah, dan Mina," jelasnya, Senin (17/6).

Namun, ia mengapresiasi kesigapan petugas dalam menangani situasi, terutama bagi jemaah gelombang kedua yang mengalami gangguan penempatan.

Masalah juga ditemukan di Muzdalifah, di mana sebagian jemaah terpaksa berjalan kaki menuju Mina akibat kurang tegasnya penerapan aturan murur (melintas) serta fleksibilitas kebijakan tanazul (kepulangan lebih awal).

Proses kepulangan jemaah Indonesia dilakukan secara bertahap melalui dua bandara. Gelombang pertama melalui Bandara Jeddah dan gelombang kedua melalui Bandara Madinah.

Hingga Minggu (15/6) pukul 15.41 WAS, sebanyak 64 kloter dari total 525 telah tiba di Tanah Air, dengan jumlah jemaah mencapai 25.011 orang.

“Semoga seluruh jemaah mendapatkan haji yang mabrur dan pulang dalam keadaan sehat,” pungkasnya. (zen)

Sumber: