Gus Miftah: Santri Bina Insan Mulia Dididik untuk Negeri

Gus Miftah: Santri Bina Insan Mulia Dididik untuk Negeri

Utusan Khusus Presiden Bidang Moderasi Beragama, Gus Miftah saat memberikan sambutan di hadapan civitas akademika Bina Insan Mulia Cirebon. FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--

CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID – Di tengah arus zaman yang kian kompleks, Pesantren Bina Insan Mulia justru menegaskan posisinya. Sebagai lembaga pendidikan yang tak sekadar mencetak insan cerdas, tapi juga sosok bermental baja yang siap mengabdi untuk negeri.

Hal ini ditegaskan oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Moderasi Beragama, Gus Miftah dalam acara wisuda santri kelas 12 SMA, MA, dan SMK Bina Insan Mulia 1 & 2 yang digelar di Aston Hotel & Convention Center, Cirebon, belum lama ini.

Dalam sambutannya, Gus Miftah menyoroti keunikan visi Pesantren Bina Insan Mulia. Menurutnya visi pesantrennya berbeda dari kebanyakan lembaga pendidikan formal lainnya.

“Pesantren ini tidak mengejar sukses untuk diri sendiri. Kiai Imam Jazuli mendidik santri agar sukses untuk negerinya,” ujar Gus Miftah di hadapan lebih dari 1.500 hadirin yang terdiri dari santri, wali santri, tamu undangan, hingga tokoh nasional.

Gus Miftah mengapresiasi capaian alumni tahun ini. Dari 288 santri lulusan, 134 diterima di berbagai perguruan tinggi negeri ternama seperti UI, UGM, IPB, hingga UNAIR. Sementara 154 lainnya akan menempuh studi ke luar negeri, dari Maroko hingga Jepang, dari Australia hingga Rusia.

Namun menurut Gus Miftah, kesuksesan akademik hanyalah sebagian kecil dari faktor penentu masa depan. “Hanya 20 persen kesuksesan ditentukan oleh kecerdasan. Sisanya, 80 persen adalah soal mentalitas,” tegasnya.

Ia menganalogikan dengan singa. Katanya, singa bukan disebut raja hutan karena paling kuat, tapi karena paling bermental pemimpin. Begitu pula santri, jangan hanya cerdas, tapi harus punya keberanian, inisiatif, dan cara pandang solusi.

Gus Miftah mengaku memiliki hubungan erat dengan sosok pengasuh pesantren Bina Insan Mulia. Menurutnya, KH Imam Jazuli istimewa. Figur langka.

“Kiai banyak jumlahnya, tapi yang punya jiwa mandiri dan berani seperti Kiai Imam, itu langka. Santri Bina Insan Mulia beruntung bisa menimba langsung dari beliau,” ujar Gus Miftah yang disambut tepuk tangan meriah.

Ia juga berpesan pentingnya menjaga hubungan spiritual dan ideologis antara santri dan kiai. “Tidak ada istilah bekas santri. Hubungan santri dan kiai seperti anak dan orang tua. Dulu kiainya tirakat untuk suksesnya santri. Sekarang, giliran santri menjaga amanat perjuangan kiainya," tukasnya.

Selain itu, Gus Miftah juga menekankan pentingnya membangun jejaring dan kreativitas sejak dini.

“Kalau kamu tidak lahir sebagai orang kaya atau jenius, jadilah orang yang rajin dan kreatif. Bangun relasi, manfaatkan waktu. Jangan hanya fokus pada kuliah, tapi juga pada jaringan,” pesannya.

Sebagai penutup, Gus Miftah juga membagikan empat kalimat. Sebaiknya dihindari karena bisa melemahkan mental. Pertama, itu tidak mungkin. Kedua, saya tidak bisa. Ketiga aku sudah tahu, dan keempat nanti saja.

“Empat kalimat ini musuh terbesar kalian. Hindari semuanya. Bangun kepercayaan diri, haus akan ilmu, dan jadilah pekerja keras,” tegasnya. (zen)

Sumber: