Warga Kecomberan Menanti Uluran Tangan, Hidup di Tengah Sakit dan Harapan
Warga Kecomberan Menanti Uluran Tangan, Hidup di Tengah Sakit dan Harapan. FOTO : ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKYAT CIREBON--
CIREBON,RAKYATCIREBON.DISWAY.ID – Di Blok Kecomberan Barat, Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, hidup tiga keluarga dengan nasib serupa. Sakit, tak berdaya, dan terpinggirkan dari bantuan sosial yang seharusnya mereka terima.
Rokani, Meni Maniah, dan Tari adalah tiga nama yang mungkin asing bagi banyak orang. Tapi mereka adalah potret nyata warga miskin yang terus berjuang di tengah keterbatasan.
Rokani kini hanya bisa pasrah. Tubuhnya sering nyeri karena asam urat yang tak kunjung sembuh. “BPJS saya ada, tapi nggak aktif. Sejak tiga bulan lalu,” ujarnya lirih.
BACA JUGA:Pensiunan BUMN Watro Perjuangkan Hak JHT, Jalan Kaki Surabaya-Jakarta untuk Temui Menaker
Padahal, ia rutin berobat ke puskesmas. Namun tanpa BPJS aktif, semua terasa berat. “Saya nggak pernah dapat bantuan apa-apa,” katanya.
Tak jauh dari rumah Rokani, Meni Maniah menanggung beban hidup yang tak kalah berat. Seorang janda, tinggal bersama dua anak yang masih sekolah. Satu di SMK dan satu di SMP. Tubuhnya lemah karena tumor yang terus kambuh.
Dulu, Meni menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Namun sejak September lalu, bantuannya tiba-tiba dihentikan. Alasan yang disampaikan, tak masuk diakal. Katanya terindikasi judi online (judol).
“Padahal saya nggak ngerti HP, saya nggak main apa-apa. Saya cuma ibu rumah tangga,” ucapnya dengan suara pelan.
Kini BPJS-nya juga tidak aktif. Padahal ia harus rutin memeriksakan diri ke rumah sakit. “Tiga minggu lalu pas diperiksa, baru tahu kalau BPJS-nya mati,” katanya.
BACA JUGA:Warga Perumnas Bumi Arum Sari Ancam Demo BKAD, Desak Percepat Pencatatan Serah Terima PSU
Dari pihak desa, Meni mendapat kabar BPJS-nya akan diaktifkan kembali Desember nanti. “Katanya disuruh dioperasi lagi bekas tumor saya,” tuturnya.
Sementara, di usianya yang ke 70 tahun, Ibu Tari juga harus berjuang melawan kanker payudara. BPJS-nya aktif, tapi itu belum cukup untuk menopang kehidupannya sehari-hari. Ia janda, tinggal seorang diri.
Senin kemarin, ia baru pulang dari RS Gunung Jati setelah menjalani pengobatan jalan. “Bulan depan mau kontrol lagi,” katanya.
Namun, seperti dua tetangganya, Tari pun mengaku tak pernah mendapatkan bantuan sosial. “Nggak pernah. Padahal saya butuh banget,” ujarnya pelan.
Salah satu warga yang peduli, Popon mengaku sudah berulang kali berusaha mengajukan bantuan bagi ketiga keluarga tersebut. Namun hasilnya nihil.
“Katanya desil mereka tinggi, dianggap mampu. Padahal nyatanya tidak,” jelasnya.
Ia bahkan telah menghubungi pihak desa hingga Dinas Sosial. “Dinsos bilang nanti dicek berkala. Tapi yang dapat bantuan justru banyak yang masih punya kekerabatan dengan perangkat desa. Harusnya bisa dicek langsung siapa yang benar-benar butuh,” ujarnya tegas.
BACA JUGA:Dari Toko Resmi Sampai Grosir: Panduan Lengkap Mencari Smartphone Terbaik di Kota Cirebon
Popon berjanji akan kembali berkomunikasi dengan Dinsos agar ketiga keluarga tersebut bisa mendapatkan haknya. “Saya akan coba lagi, semoga kali ini ada hasil,” katanya.
Ketiga keluarga di Kecomberan Barat ini mungkin hanyalah sebagian kecil dari banyak warga lain yang bernasib sama. Hidup di tengah sakit dan keterbatasan, mereka hanya ingin satu hal. Keadilan dan perhatian.
Bantuan yang tepat sasaran bukan sekadar angka dalam data, tapi napas bagi mereka yang sedang berjuang untuk tetap hidup. (zen)
Sumber: