Habib Luthfi: Cinta Tanah Air Sudah Merosot

Habib Luthfi: Cinta Tanah Air Sudah Merosot

RAKYATCIREBON.ID -Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) RI, Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya yang akrab disapa Habib Luthfi meyakinkan kegiatan Safari Kebhinekaan bukan seremonial.

Kegiatannya dinilai penting dilaksanakan karena rasa nasionalisme dan cinta tanah air sudah mengalami kemerosotan.

Hal itu diungkapkan ketika berlangsungnya Safari Kebhinekaan, Kamis (10/3) di halaman Masjid Agung Indramayu.

Kegiatan yang mengangkat tema meneguhkan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan itu dipastikan memiliki makna dan tujuan.

Pelaksanaannya bukan hanya sekedar seremonial, tapi memiliki nilai untuk menguatkan persatuan bangsa dan cinta tanah air.

“Safari Kebhinekaan pasti ada alasannya, tidak sembarangan kita melangkah atau sekedar melihat kejadian. Mengapa? karena akhir-akhir ini merosotnya rasa nasionalisme, merosotnya rasa cinta bangsa dan rasa tanah air. Sehingga kita mudah digoyahkan dan sebagainya. Jadi sejauh manakah kita bertanggung jawab, bukan menjadi seremonial,” jelasnya.

Menurutnya, Safari Kebhinekaan tidak dijadikan kegiatan seremonial, seperti menyanyikan lagu Indonesia Raya yang hanya diperdengarkan atau dinyanyikan, dan wajib berdiri tegak disertai sikap hormat. Tapi penting dan perlu memaknai setiap lirik yang dinyanyikan dengan penuh rasa nasionalisme.

“Meski menyanyikan lagu Indonesia Raya seminggu sekali atau hanya mengikuti upacara, tapi tanggung jawab rasa memiliki handarbeni dalam lagu Indonesia Raya yang kita ikrarkan Indonesia tanah airku menjadi bekal untuk tantangan bangsa kedepan,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, Safari Kebhinekaan ini bertujuan pula untuk mempersatukan rakyat Jawa Barat dengan beragam agama, dan berbagai macam kepercayaan.

Karena agama bukan hanya modal spiritual dalam kehidupan, tetapi bisa dijadikan modal sosial untuk membangun kesejahteraan.

“Kita bisa bersatu, kita bisa bersama-sama karena memang dengan bersatu dan kebersamaan kita akan menjadi sebuah kekuatan,” ungkapnya.

Uu menuturkan, hasil riset orang Amerika yang menetap selama tiga bulan di Jawa Barat menyebutkan penduduk Jawa Barat memiliki tiga karakter.

Pertama, ramah kepada pendatang, menerima siapapun yang datang dan tidak dibeda-bedakan suku maupun agama apapun, sehingga siapapun yang datang di Jawa Barat merasa betah.

Karakter kedua, kata dia, masyarakat Jawa Barat adalah gotong royong. Sedangkan karakter ketiga, masyarakat Jawa Barat memiliki karakter religius.

Sumber: