Sepekan Terjadi 20 Kebencanaan

Sepekan Terjadi 20 Kebencanaan

RAKYATCIREBON.ID - Selama musim hujan ini, warga Kabupaten Kuningan diimbau untuk selalu waspada. Terlebih bagi mereka yang tinggal atau menetap di wilayah yang masuk kategori rawan bencana alam. Sebab, peristiwa bencana alam bisa terjadi kapan saja, dan sulit untuk diprediksi. Karena itu, masyarakat harus selalu siaga menghadapi kejadian tersebut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan mencatat, lebih dari 20 peristiwa kebencanaan terjadi dalam satu pekan terakhir ini. Bahkan selama Februari 2022 saja, jumlah kebencanaan meningkat dari bulan sebelumnya. Seperti tanah longsor, pergerakan tanah, angin kencang, rumah ambruk dan juga banjir.

Kepala Pelaksana BPBD Kuningan, Indra Bayu Permana menjelaskan, hasil kaji cepat sepanjang Januari 2022 terkait kebencanaan di Kabupaten Kuningan terjadi cukup tinggi. Sebab, hanya dalam satu bulan saja sudah dilanda 41 kejadian bencana yang tersebar di beberapa titik.

“Memang sepanjang Januari saja musibah kebencanaan terjadi cukup signifikan mencapai 41 bencana. Adapun kejadian kebencanaan yang paling mendominasi adalah tanah longsor. Kejadian tanah lonsgor tersebar di sejumlah desa,” papar Indra Bayu.

Dia merinci, sebanyak 26 kejadian tanah longsor, enam musibah angin kencang, tiga bencana banjir, dua peristiwa sambaran petir, dua kejadian rumah ambruk, satu kebakaran rumah dan satu pergerakan tanah. “Sebaran bencana itu terjadi di 18 kecamatan dengan 31 desa. Ini yang terjadi selama Januari 2022. Ini juga tidak terlepas dari tingginya intensitas curah hujan,” jelas Indra.

Bahkan memasuki Februari 2022, lanjut pria yang akrab dipanggil ibe tersebut, peristiwa kebencanaan yang terjadi semakin meningkat. Apalagi berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG, jika bulan Februari memasuki fase peningkatan curah hujan.

“Jadi puncak-puncaknya darurat hidrometeorologi ini ya di bulan Februari. Sebab pada saat libur Imlek saja di awal bulan, dalam satu hari saja ada 13 titik kebencanaan. Terutama memang tanah longsor dan pergerakan tanah,” katanya.

Pihaknnya mencatat, terdapat lebih dari 20 kejadian bencana dalam satu pekan di awal Februari. Jadi sudah hampir setengahnya dari kejadian di bulan Januari 2022. Selain itu, pihaknya terus memantau perkembangan dari musibah pergerakan tanah di Desa Cilayung, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan. Sebab musibah tersebut membuat tanah amblas sedalam lebih dari 100 sentimeter.

“Kita melakukan pemantauan di Cilayung masih secara manual. Bekerjasama dengan masyarakat setempat, kita ada swadaya dari relawan setiap hari mengontrol perkembangan di sana. Sejak pertama kali kejadian, sampai dengan kemarin ada pergerakan lagi saat curah hujan cukup tinggi,” imbuhnya.

Menurut Ibe, penanganan pergerakan tanah itu perlu kerjasama dari stakeholder terkait. Lantaran lokasi ini berada tak jauh dari kawasan bantaran sungai di bawah kewenangan BBWS. “Itu (lokasi, red) berada di wilayah bantaran sungai yang merupakan kewenangan dari BBWS. Karena jalan yang amblas itu sudah tidak bisa dilewati, lokasinya jalan lingkungan di dekat SDN Cilayung,” ucapnya.

Pergerakan tanah tersebut memberikan dampak secara langsung bagi aktivitas di lingkungan sekolah. “Karena jalan itu kan sudah amblas, kemudian di atasnya juga ada beberapa permukiman warga. Ini butuh perhatian dari BBWS dan dinas terkait untuk penanganan, sehingga perlu dilakukan kajian agar memberikan rasa aman bagi masyarakat setempat,” ujarnya.

Apakah warga setempat perlu direlokasi, Ibe menjawab, belum ada kajian secara komprehensif kaitan dengan rencana relokasi warga. “Kita belum sampai ke arah sana ya. Karena hanya baru beberapa luas saja, tidak semasif saat kejadian beberapa tahun lalu di Cimeong Desa Cilayung,” sebut dia. (fik)

Sumber: