Jelang Tahun Baru, Harga Telur Ayam Rp31 Ribu Per Kilogram

Jelang Tahun Baru, Harga Telur Ayam Rp31 Ribu Per Kilogram

RAKYATCIREBON.ID – Harga telur ayam ras di pasaran menjelang momen Tahun Baru 2022 terus mengalami kenaikan. Kini harga per kilogramnya sudah mencapai Rp31 ribu, sehingga omzet di tingkat agen mengalami penurunan drastis.

Menurut pemilik agen telur di Pasar Baru Indramayu, Aji Rumongso, harga telur sampai saat ini masih belum stabil. Bahkan trennya terus mengalami kenaikan di masa menjelang pergantian tahun. “Sebelumnya bahkan sempat mencapai harga 37 ribu per kilogram, jadinya harganya itu tidak stabil,” sebutnya, Senin (27/12) saat ditemui di tempat usahanya.

Padahal, jika dalam kondisi normal harga telur ayam ras di Pasar Baru Indramayu hanya berkisar antara Rp20 ribu hingga Rp22 ribu. Salah satu faktor penyebab naiknya harga telur yang terus terjadi itu karena para agen kesulitan mendapat stok telur.

Telur-telur dari peternak diketahui sebagian besar disalurkan untuk memenuhi kebutuhan bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak bencana erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. “Sehingga agen-agen yang mau nyetok telur harus kuat-kuatan harga,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Aji, penyebab kenaikan harganya disebabkan pula oleh adanya penyaluran Bansos PKH bulan Desember ini. Penyaluran tersebut disalurkan secara sekaligus dalam satu waktu untuk jangka waktu 3 bulan, yakni bulan Oktober, November, dan Desember. “Selain itu ada juga bansos PPKM dana ekstrem, itu penyalurannya sekaligus untuk 6 bulan,” kata dia.

Kondisi tersebut dapat dipastikan membuat para agen telur kehilangan pelanggan yang biasa mengecer telur untuk dijual kembali. Hal ini dikarenakan kondisi harga yang tidak stabil di pasaran. Ditambah lagi, daya beli mengalami penurunan imbas pandemi Covid-19. “Biasanya kita sehari bisa laku 5 kuintal sampai 1 ton, sekarang hanya laku seperempatnya saja,” keluhnya.

Salah satu ibu rumah tangga, Heni (38) menuturkan, mahalnya harga telur tersebut menimbulkan masalah baru pada pemenuhan kebutuhan dapurnya. Karena biasanya, stok bahan makanan berupa telur selalu tersedia untuk dikonsumsi dengan berbagai olahan masakan di rumahnya. “Sekarang malah tidak ada telur di dapur,” tukasnya. (tar)

Sumber: