Dibawa Belanda ke India, Indonesia akan Pulangkan Prasasti Era Airlangga

Dibawa Belanda ke India, Indonesia akan Pulangkan Prasasti Era Airlangga

RAKYATCIREBON.ID – Pemerintah RI terus bertekad menyelamatkan benda-benda warisan budaya nusantara. Salah satunya dengan rencana memulangkan sebuah prasasti yang tersimpan di dalam museum di Kalkuta India.

Prasasti yang dibawa ke India oleh Belanda pada abad ke-20 itu yakni  Prasasti  Pucangan dari era Raja Airlangga, Mataram Baru.  Ada staf KBRI yang berfoto bersama di samping prasasti tersebut. Kedutaan Besar RI di India menyatakan pemerintah segera memproses pemulangan prasasti abad ke-11 ini.

Rencana pemulangan prasasti Pucangan tersebut terungkap pada  diskusi virtual yang digelar KBRI New Delhi, India, Kamis (23/12) bertajuk ‘Arti Penting Prasasti Pucangan dan Upaya Pengembaliannya’.

Diskusi menghadirkan narasumber guru besar arkeologi Universitas Indonesia Agus Aris Munandar, peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Titi Surti Nastiti, dan Direktur Hukum dan Perjanjian Sosial Budaya Kementerian Luar Negeri RI V Hesti Dewayani. Diskusi dipandu oleh Kepala Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI New Delhi, Hanafi.

“Kami sudah melaporkan temuan Prasasti Pucangan ini pada April 2021. Semoga pertemuan selanjutnya sudah ada langkah lebih maju untuk pemulangan,” kata Hanafi. Dalam diskusi sempat ditunjukkan foto foto kondisi Prasasti Pucangan di Museum Kalkuta, India.

Hanafi menegaskan  Prasasti Pucangan dianggap benda budaya yang penting. Sesuai dengan amanat UU Cagar Budaya maka prasasti itu harus dilindungi dan dibawa pulang ke Indonesia untuk dirawat dan dipelajari.

Ia berharap pemerintah pusat bisa secepatnya menindaklanjuti laporan KBRI New Delhi, menindaklanjutinya dengan mengadakan pertemuan pertemuan sesuai prosedur pengembalian barang budaya.

Prasasti Pucangan adalah prasasti yang dipahat disebuah lempengan batu besar. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sanseskerta.

Prasasti ditulis dengan menggunakan aksara Jawi. Prasasti ditemukan di era Gubernur Hindia Belanda Thomas Stanford Raffles, yang kemudian mengirimkannya ke Lord Minto di India.

Prasasti, menurut Agus Aris Munandar, berisi informasi yang amat penting bagi benang merah sejarah peradaban Indonesia. Prasasti itu menjelaskan kondisi geopolitik Jawa Tengah-Jawa Timur. Karena memuat informasi perpindahan kekuasaan dari Mataram Kuno di Jawa Tengah ke Mataram Baru di Jawa Timur yang diinisiasi Mpu Sindok.

“Agak gelap kondisi di abad ke-10 dan abad ke-11 tanpa informasi yang diperoleh dari Prasasti Pucangan,” kata Agus Aris.

Agus Aris lalu menjelaskan muasal kata ‘Pucangan’. Prasasti ini mengacu pada lokasi pertapaan Raja Airlangga. Pucangan dalam bahasa Jawa Kuno bisa diartikan sebagai tumbuhan pinang. Lokasi pertapaan Raja Airlangga yang tempatnya subur ditumbuhi pohon pinang.

Pohon pinang ini, sambung Agus Aris, ternyata kerap muncul dalam nama nama tempat di daerah lain yang juga bersejarah. Ia mencontohkan Prasasti Kanjuruhan, kata ‘Kanjuruhan’ mengacu pada kata ‘juruh’ ataa air legen dari Pinang.

Kemudian di Muarojambi, di mana kata ‘Jambi’ sendiri adalah sama artinya dengan pinang. Lalu di Kerajaan Pakuan Pajajaran di Bogor di mana kata ‘Bogor’ mengacu pada pohon pinang yang sudah ditebang ‘pagogoran’.

Sumber: