Diajak Bedol Desa, Warga Eretan Wetan Pilih Bertahan

Diajak Bedol Desa, Warga Eretan Wetan Pilih Bertahan

RAKYATCIREBON.ID - Bencana banjir rob menjadi langganan sejak beberapa tahun lalu di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Kini, pemerintah daerah menawarkan untuk bedol desa, namun warga masih ingin tetap bertahan di kampung halamannya.

Desa Eretan Wetan merupakan satu dari empat desa yang dilanda banjir rob dengan kondisi paling parah pada Jumat (3/12) lalu. Sebanyak 1.685 rumah warga terendam banjir rob. Sedikitnya, ada 2.240 kepala keluarga dan 6.740 jiwa yang terdampak.

Penawaran bedol desa itu disampaikan Bupati Nina Agustina saat meninjau lokasi bencana. Ketika itu, bersama sejumlah pejabat terkait melakukan blusukan dan mendatangi warga yang terdampak banjir rob dengan melihat kondisi rumah dan gedung sekolah yang tergenang air laut.

Dikatakan bupati, bencana banjir rob sudah terjadi selama bertahun-tahun akibat dampak abrasi yang menyebabkan jarak bibir pantai dan permukiman warga semakin dekat. Kondisi ini, mempermudah air laut yang pasang masuk dan menggenangi rumah warga, termasuk gedung sekolah.

\"Saya hari ini hadir di Desa Eretan Wetan, dan memang banjirnya sudah terjadi lama kurang lebih 15 tahunan, karena ini berhadapan langsung dengan lautan,” jelasnya.

Terhadap kondisi itu, pemerintah desa dan kecamatan sudah melakukan upaya antisipasi sementara dengan menggunakan karung secara bergotong-royong untuk mencegah masuknya air laut ke permukaan rumah warga.

“Saat ini sudah melakukan penanganan sementara dengan karung dan masyarakat juga melakukan peninggian-peninggian rumahnya masing-masing,\" ungkapnya.

Atas berbagai pertimbangan, Bupati Nina menawarkan kepada masyarakat setempat untuk pindah tempat tinggalnya menuju lokasi yang lebih aman dan tidak terkena banjir rob. Namun, masyarakat keukeuh ingin tetap bertahan di tempat tinggalnya masing-masing, meskipun sering dilanda rob.

\"Tadi saya tanyakan langsung kepada masyarakat, bagaimana pun revitalisasi tidak cukup satu atau dua rumah, tapi harus semuanya. Artinya, mau nggak bedol desa? Tetapi ternyata mereka masih betah,” kata bupati.

Kepada masyarakat terdampak, bupati berpesan untuk menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan. Hal ini selain untuk meminimalisasi datangnya banjir, juga demi tetap terjaganya kesehatan dan terhindar dari potensi ancaman berbagai penyakit.

\"Harus hati-hati dan jangan buang sampah sembarangan. Bagaimana pun banjir rob ini membawa sampah dan kotoran yang menyebabkan adanya penyakit. Bantuan tadi ada biskuit, ada makanan bayi, beras dan sembako. Mudah-mudahan terjaga kesehatannya,” ujarnya.

Sebagai bagian dari upaya penanggulangan, bupati mengambil langkah cepat untuk segera mengajukan bantuan pembangunan breakwater kepada pemerintah pusat.

“Saya pikir dari 2017 adanya breakwater. Nanti kita sudah mengajukan permohonan. Saya akan mengulangi kembali permohonan kepada pemerintah pusat untuk meminta adanya breakwater. Bagaimana pun ini harus ada, karena jarak laut dan permukiman sudah sangat dekat,” kata bupati.

Sementara itu, Camat Kandanghaur, Iim Nurahim mengatakan, rencana pembangunan breakwater sudah diajukan sejak tahun 2017. Namun sampai saat ini belum ada pembangunan yang diharapkan. Padahal sudah menjadi kewenangan pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI untuk merealisasikannya.

Sumber: