Setelah Dua Bulan, Masuk Sekolah Bisa 100 Persen
RAKYATCIREBON.ID - Perkembangan kasus Covid-19 di Kota Cirebon terus melandai. Namun kondisi tersebut belum bisa dijadikan acuan untuk menambah kuota siswa dalam sistem Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang sudah diterapkan sejak beberapa minggu lalu.
Ketua Harian Satgas Covid-19 Kota Cirebon, Drs H Agus Mulyadi MSi mengungkapkan, meskipun kasus terus melandai, namun posisi Kota Cirebon masih di level 3. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat pelaksanaan PTM terbatas hanya boleh dilakukan maksimal 50 persen dari jumlah siswa.
\"Kuota masih tetep 50 persen, kita masih level 3. Catatan boleh ditambah itu kalau sudah dua bulan berjalan. Kalau lihat keputusan bersama,\" ungkap Agus kepada Rakyat Cirebon.
Dijelaskan Agus, dua bulan awal, terhitung sejak hari pertama PTM terbatas diberlakukan pada tanggal 06 September lalu, dimaksudkan untuk melihat bagaimana efektivitas sistem belajar yang diterapkan. Apakah bisa berjalan sesuai harapan atau tidak.
Barulah setelah dua bulan pertama tersebut, akan ada evaluasi mendalam dari semua aspek. Sehingga bisa dijadikan pertimbangan apakah PTM terbatas di Kota Cirebon bisa ditingkatkan, bahkan sampai 100 persen atau tidak.
\"Dua bulan ini masa transisi dengan PTM terbatas. Kalau dua bulan ini tidak ada peningkatan kasus, bisa naik ke 100 persen dengan adaptasi kebiasaan baru. Jadi saat ini belum lah, baru tiga minggu jalan,\" jelas Agus.
Namun sebelum dua bulan pertama pun, dikatakan Agus, Dinas Pendidikan sudah ditugaskan untuk melakukan monitor secara ketat di semua sekolah yang menjadi kewenangannya, yakni tingkat SD dan SMP.
\"Sebulan awal juga akan evaluasi. Kita minta Disdik untuk melakukan evaluasi, kita akan lihat perkembangan di lapangan. Sampai sekarang alhamdulillah landai terus,\" ujar Agus.
Disoal mengenai indikator evaluasi yang akan diterapkan pada PTM terbatas ini, ditambahkan Agus, kewenangan evaluasi sepenuhnya diserahkan kepada Disdik. Termasuk untuk menentukan indikator apa saja yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan PTM terbatas di Kota Cirebon. Namun dipastikan, indikator yang disiapkan bisa mengukur sejauh mana pelaksanaan protokol kesehatan dijalankan oleh sekolah. Kemudian bisa menggambarkan metode belajar seperti apa yang paling cocok diterapkan.
Indikator yang akan diterapkan, masih kata Agus, tentu harus bisa menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Mengingat karakteristik sekolah di Kota Cirebon berbeda-beda. Mulai dari ada beberapa sekolah yang berkumpul di satu komplek, sampai ada sekolah yang muridnya sangat banyak. Sehingga dengan pembatasan 25 persen pun tidak bisa semuanya melakukan pembelajaran tatap muka.
\"Indikatornya apa saja kita serahkan ke Disdik. Yang pasti tadi, bagaimana pelaksanaan prokes dilakukan saat kehadiran dan kepulangan. Bagaimana metode pembelajaran yang dilakukan, apakah dengan blendid, shifting atau apa? Kita lihat mana yang paling optimal disesuaikan dengan kondisi. Karena ada sekolah yang berkomplek. Ada sekolah yang memang sangat banyak muridnya. Kalau kita batasi misalnya 25 persen pun tidak bisa semua tatap muka,\" kata Agus.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, melalui Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah X memonitoring pelaksanaan PTM di Kota Cirebon. Saat ini, KCD sedang mengumpulkan data, memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaannya. Setelah sebulan berjalan, hasil evaluasi akan disampaikan.
Kepala KCD wilayah X Provinsi Jawa Barat, Esther Miory Dewayani mengungkapkan, jika dari hasil monev yang sedang dilakukan ada catatan-catatan yang tidak diinginkan, maka sekolah yang bersangkutan akan dievaluasi lebih lanjut. Bahkan, jika sampai ada yang terkonfirmasi positif, maka sekolah harus tutup.
\"Kita sedang melakukan evaluasi dan monitoring terkait PTM terbatas. Hasil ini masih sementara, sedang direkap. Jika dari hasil monev kami, di sekolah terdapat hal-hal yang tidak diinginkan, maka sekolah akan diminta tutup dulu. Semua swab, dan kalau sudah bagus bisa mulai lagi,\" ungkap Esther, kemarin.
Sumber: