Sudah 7 Nakes di Indramayu Gugur Terpapar Covid-19
RAKYATCIREBON.ID – Dari 410 orang meninggal akibat paparan Covid-19 di Kabupaten Indramayu, hingga Minggu (4/7) pukul 12.00 WIB, 7 diantaranya adalah tenaga kesehatan (nakes).
Meski demikian pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan terus berupaya untuk menyelamatkan nyawa orang-orang yang terpapar virusnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Indramayu, dr H Wawan Ridwan MM mengatakan, dalam catatan Dinkes jumlah nakes yang gugur sejak awal pandemi sampai sekarang sudah ada 7 orang. Yaitu dokter, perawat, dan bidan.
“Nakes yang meninggal sejak awal pandemi sampai sekarang dalam catatan kami itu sekitar 7 orang, sebagian dari puskesmas sebagian dari rumah sakit,” jelasnya.
Hal itu dipastikan menjadi perhatian khusus pihaknya terhadap para nakes, sehingga keselamatan dalam penanganan pasien terpapar Covid-19 sangat penting. Ia pun berharap menekan angka kematian akibat Covid-19 secara menyeluruh.
“Ini juga menjadi perhatian khusus bagi para nakes, sehingga kita menekan sebisa mungkin. tentunya supaya nakes yang berjuang menangani pandemi seminimal mungkin yang menjadi korban. Ini berlaku juga untuk masyarakat,” ujarnya.
Diakui Wawan, saat ini keadaannya sudah sangat krisis. Ditambah lagi jumlah tempat tidur masih sangat kurang dari jumlah kebutuhan pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Padahal ada 9 rumah sakit yang menyediakan tempat tidur pasien Covid-19, bahkan jumlahnya sudah ditambah. Diawal pandemi ketersediaan tempat tidur hanya 212, dan sekarang sudah sebanyak 410.
“Kita sudah berupaya, untuk semua RS yang menangani pasien Covid-19 menambah tempat tidurnya dari sebulan lalu sebelum bupati memanggil para direktur rumah sakit untuk melakukan penambahan. Untuk penambahannya lebih dari 50 persen. Itu pun masih belum bisa menampung pasien-pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit,” terangnya.
Sedangkan orang terpapar yang isolasi mandiri lebih banyak lagi, namun petugas di puskesmas-puskesmas wilayah masing-masing sudah ditugaskan untuk memantau perkembangannnya. Apabila terjadi perburukan maka bisa ditangani secara cepat.
Selain itu, akhir-akhir ini pihaknya telah melakukan tindakan prioritas terhadap pasien Covid-19 dengan gejala berat. Diantaranya melakukan terapi plasma, hanya saja tidak jarang terkendala pendonornya. Jika pendonornya banyak, tapi disulitkan dengan golongan darah kriterianya.
“Yang paling banyak terapi plasma di RSUD Indramayu, mungkin lebih dari 15 orang. Kondisinya sebagian ada yang membaik dan ada juga yang tidak tertolong. Kita sudah berusaha, tapi memang dengan terapi mutakhir pun karena keganasan virus dan faktor lain tetap tidak bisa tertolong,” ungkapnya.
Sementara itu, nakes yang belum lama ini gugur adalah seorang bidan bernama Ilah Kurnia pada Jumat (2/7) lalu. Bidan berusia 44 tahun ini menghembuskan nafas terakhirnya dalam perawatan intensif di RSUD Indramayu. Rekan sejawatnya melepas kepergiannya dengan penghormatan terakhir dalam suasana sangat haru.
Dikabarkan, Bidan Ilah terpapar dari keluarganya. Di awal memilih untuk isolasi mandiri di rumah, namun kondisinya mengharuskan mendapat perawatan medis secara intensif. Dan beberapa hari kemudian dinyatakan meninggal. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum Desa Arjasari, Kecamatan Patrol. (tar)
Sumber: