Korban PHK akibat Pandemi Covid-19, Warga Ligung Ini Jadi Petani Oyong
RAKYATCIREBON.ID - Pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum berakhir, hampir meluluhlantakkan semua sendi-sendi ekonomi masyarakat. Banyak pengusaha yang gulung tikar akibat tidak mampu membayar upah pekerja. Buntutnya, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan beberapa pengusaha.
Salah satu korban PHK adalah Samin (38), warga Desa Wanasalam, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka. Dia seorang pekerja di salah satu pabrik garmen yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Perusahaan tempat dia mencari nafkah terpaksa gulung tikar akibat badai pandemi Covid-19 yang menerpa sejak awal 2019 lalu.
Berbagai usaha sudah Samin lakukan, untuk menutup kebutuhan rumah tangganya. Tetapi, setiap usaha yang dirintisnya tidak bisa memberikan hasil untuk bisa menutup kebutuhan keluarganya.
Bahkan utang ke pihak luar pun malah semakin membengkak. Berbekal tekad yang bulat, Samin mulai merintis usaha baru, yakni terjun menjadi petani palawija jenis oyong di desanya.
Memanfaatkan lahan milik tetangga yang ada di sekitar rumahnya, Samin bersama rekan-rekannya sesama petani di desanya, mulai menanam palawija jenis oyong.
Tak disangka, saat panen perdana tiba, palawija jenis oyong mulai dilirik para bandar sayuran untuk dijual ke pasar induk Jakarta. Selain itu, tanaman palawija oyong yang biasa harganya murah sekitar Rp2.500 per kilogramnya, saat ini bisa dijual di tingkat petani yang cukup lumayan, yakni sekitar Rp5.000 per kilogramnya.
“Alhamdulillah, saat saya banting setir pasca di-PHK dari tempat kerja, kini saya menggeluti menjadi petani dengan menanam palawija jenis oyong. Hasilnya, cukup untuk menutup kebutuhan keluarga di rumah,” ujar Samin Jumat (28/5).
Dikatakan Samin, dirinya menanam palawija jenis oyong di lahan seluas satu hektar. Lahan itu disewa dari pemiliknya dengan harga sewa sebesar Rp15 juta dalam setahun.
Sebelum ditanam, oyong pada musim rendeng di tanam padi terlebih dahulu. Setelah panen rendengan, baru lahan yang disewanya ditanam palawija. “Untuk bayar sewa lahan, sudah tertutup dari hasil panen padi rendengan. Sekarang menanam oyong untuk mencari laba atau keuntungannya,” ucapnya.
Samin menyampaikan, jika harga jual oyong stabil di atas Rp4.000 per kilogramnya, bisa dipastikan petani oyong akan mendapatkan laba yang lumayan. Namun, andai harga jual oyong kembali turun, maka petani hanya bisa kembali modal bahkan bisa merugi. Tapi melihat kebutuhan di pasar yang cukup tinggi, Samin optimis harga jual tetap stabil.
Samin berharap pandemi Covid-19 cepat berakhir, sehingga sendi-sendi ekonomi kembali normal. \"Saya ikut prihatin kepada teman-teman seperjuangan yang terkena PHK, yang sampai saat ini masih menganggur. Semoga mereka bisa cepat mendapatkan solusi untuk memenuhi kebutuhannya,\" ungkapnya.
Samin mengajak, agar teman-temannya bisa mencari pekerjaan apa saja di musim pandemi ini. Sehingga bisa menutupi kebutuhan keluarganya.
“Saya harap teman-teman yang terkena PHK jangan putus asa. Mari kita ciptakan peluang kerja apa saja yang penting bisa menghasilkan uang. Jangan malu jadi pemulung atau petani seperti saya ini. Usaha apa saja kalau digeluti dengan tekun dan ikhlas, Insyaallah ada hasilnya. Jangan malu menjadi petani, yang penting dapur tetap ngebul,” katanya. (hsn)
Sumber: