Dilarang, Pemudik Tetap Banjiri Pantura Cirebon

Dilarang, Pemudik Tetap Banjiri Pantura Cirebon

RAKYATCIREBON.ID - Musim mudik Lebaran Idul Fitri tahun ini memang penuh drama. Kebijakan pelarangan mudik yang diberlakukan pemerintah dengan dalih pencegahan penyebaran Covid-19, bertolak belakang dengan keinginan tinggi dari para perantau untuk pulang kampung.

Hal itu terlihat saat banyaknya perantau yang nekat tetap mudik dengan beragam strategi. Ada yang memilih \'jalur tikus\', menyiasati waktu perjalanan, hingga memaksakan menerobos pos penyekatan. Seperti yang terpantau pada Minggu (9/5) dini hari, di jalur Pantura Cirebon. Iring-iringan pemudik yang menggunakan sepeda motor dengan jumlah banyak melintas secara serentak.

Pemudik yang melintas dari arah barat menuju Jawa Tengah dalam jumlah banyak terlihat sejak sekitar pukul 01.00-05.00 WIB, di Jalan Brigjen Darsono By Pass Kota Cirebon. Kendaraan bermotor yang didominasi berpelat luar Cirebon itu, melintas di saat pos penyekatan tengah lengang.

\"Kita rombongan ada 12 motor. Memang janjian untuk berangkat bareng dari Jakarta ke Jawa Tengah. Kalau perjalanan malam kan tidak panas dan penyekatan juga katanya tidak ketat,\" ungkap Mulyono, pemudik dari Jakarta dengan tujuan Batang, Jawa Tengah, ditemui saat istirahat di kawasan Kanggraksan Kota Cirebon.

Ia mengakui, pada Lebaran Idul Fitri tahun lalu tidak mudik. Saat itu, pandemi Covid-19 sedang meningkat dan pemerintah juga melarang mudik. Mulyono ingin berlebaran dengan keluarga di kampung halamannya pada Idul Fitri tahun ini. Makanya ia nekat tetap mudik, meskipun tahu dengan risiko menghadapi penyekatan.

\"Makanya kita ramai-ramai jalannya. Karena sudah banyak yang memberitahu kalau banyak penyekatan. Tapi mau bagaimana lagi? Ingin Lebaran di kampung,\" kata pria yang sudah lebih dari 8 tahun merantau sebagai pedagang di Ibu Kota itu.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Cirebon, Drs Andi Armawan mengakui, iring-iringan pemudik bersepeda motor dengan jumlah sangat banyak terjadi pada Minggu dini hari kemarin.

\"Sekitar jam 01.00 WIB sampai subuh itu mulai ramai. Ada ribuan motor yang dalam rentang waktu tidak lama melintas di By Pass dari arah barat ke timur. Mayoritas pelat nomor polisi luar Cirebon,\" kata Andi.

Saat itu, lanjutnya, personel Dishub Kota Cirebon tengah beristirahat. Karena sebelumnya, penyekatan dilakukan hingga pukul 21.00 WIB pada Sabtu malam. \"Setelah itu personel kembali ke pos masing-masing. Kita kan menginduknya ke polres. Untuk penyekatan tidak bisa sendiri,\" jelasnya.

Diakui Andi, iring-iringan pemudik dengan jumlah banyak cukup membahayakan pengguna jalan lain. Pasalnya, tahun ini tidak diberlakukan penutupan persimpangan maupun u-turn atau putaran arah. \"Memang cukup mengerikan, karena lampu merah juga diterabas,\" ujarnya.

Menurutnya, kendaraan pemudik yang melintasi Kota Cirebon adalah limpahan dari arah barat. Dikatakannya, dari arah Jakarta maupun Bandung, sebenarnya ada titik-titik penyekatan. Dia heran ketika di jalur pantura Kota Cirebon membeludak kendaraan yang melintas.

\"Penyekatan tidak hanya di Kota Cirebon. Tapi di daerah-daerah sebelumnya, baik dari arah Jakarta maupun Bandung kan ada juga pos penyekatan sebenarnya,\" kata Andi.

Sebelumnya, Tenaga Ahli Utama Kedeputian Bidang Informasi dan Komunikasi Politik pada Kantor Staf Presiden (KSP), Joko mengakui, kebijakan pelarangan mudik tidak mungkin bisa menahan 100 persen orang tidak mudik. Tapi kebijakan tersebut sebagai upaya pemerintah untuk mengurangi potensi mobilisasi orang dalam jumlah banyak.

Makanya, kata Joko, kebijakan tersebut harus dibarengi dengan pengorbanan masyarakat untuk tidak mudik. “Kalau tidak ada larangan, ada lebih dari 20 juta orang dalam waktu seminggu sampai 10 hari melakukan mobilisasi. Ingat, di India itu hanya 5 juta orang melakukan upacara keagamaan, dan hari ini pelayanan kesehatan mereka kolaps,” katanya, saat memonitor penyekatan di bundaran Krucuk Kota Cirebon, Jumat pekan lalu.

Sumber: