Limbah Sampah Mencemari Lahan Pertanian, Petani Merugi Terus

Limbah Sampah Mencemari Lahan Pertanian, Petani Merugi Terus

Paling parah, menurutnya areal sawah yang jaraknya cukup dekat dengan TPA. Air limbah TPA langsung masuk ke sawah petani.

Di bagian hilir, air limbah TPA berupaya dialirkan ke saluran atau warga menyebut gigili, namun nampaknya limbah tetap terserap ke sawah.

Menurut Usman, tanaman yang berjarak hingga 20 meteran dari TPA kondisinya sama seperti tanaman yang terkena limbah langsung, kondisi bulirnya hampa dan hitam, padahal daun dan rumpun cukup subur.

“Abah Uhit dan Pak haji Alek yang nyawahnya masing-masing satu bau (500 bata, red) mereka hanya dapat 2 ton, harusnya kan minimal 3,5 ton bisa dapat. Sekarang semua rugi,” tandasnya.

Pihaknya bersama anggota kelompok tani pernah menyampaikan keluhan tersebut kepada pemerintah Desa, Penyuluh Pertanian dan Pengelola Sampah. Pihak Penyuluh Pertanian telah mengambil sampel gabah dan tanah, namun petani belum memperoleh hasil penelitiannya.

“Penyuluh sudah datang mengambil sejumlah sampel, gabah dan tanah untuk diuji, tapi kami belum mengetahui apa hasil yang didapat dari pengujian tersebut,” kata Usman.

Para petani menyebutkan, beberapa tahun lalu para petani mengijinkan perkebunan dekat TPA dibeli oleh pemerintah karena alasannya untuk kawasan hijau terbuka bukan untuk pembuangan sampah akhir. Karena pembuangan sampah akan ditumpahkan kontainer ke sebelah timur yang arealnya dianggap masih cukup luas.

Namun nyatanya, pembuangan sampah justru dilakukan di luar benteng TPA. Akibatnya, limbah cair dari tumpukan sampah mengalir ke areal sawah petani.

Oman, Usman, Asih dan Anisah mempertanyakan janji pemerintah yang menyebutkan kebun di luar kawasan benteng TPA untuk kawasan hijau yang akan ditanami pepohonan dan taman. Namun, kini kawasan tersebut justru menjadi tempat menumpahkan sampah.(hsn)

Sumber: