Menengok Kisah Cinta dan Sejarah Rumah Tua di Desa Pagundan Tahun 1937 Era Kolonial Hindia-Belanda

Menengok Kisah Cinta dan Sejarah Rumah Tua di Desa Pagundan Tahun 1937 Era Kolonial Hindia-Belanda

RAKYATCIREBON.ID - Kehidupan adalah perjalanan panjang yang harus dilewati. Dan dalam perjalanan akan selalu ada tempat perhentian.

Tahun 1930 Kwee Kwan Soen dari Cirebon bersama para sahabatnya datang bermain ke Kuningan untuk rekreasi. Ketika rekreasi tersebut, tanpa sengaja bertemu Arniti, janda beranak satu dari Desa Pagundan, Kecamatan Lebak Wangi, Kabupaten Kuningan.

Pandangan pertama membuat jatuh hati. Pertemuan pertama dengan Arniti memberikan kesan istimewa di hati Kwee Kwan Soen. Dari sini lantas mereka berhasrat mengadakan pertemuan kedua, ketiga, serta selanjutnya.

Kwee Kwan Soen asalnya dari Pekalongan. Sejak Tahun 1920 ia pindah ke Cirebon, untuk bisnis tembakau. Kemudian Tahun 1925 menikah dengan Liem Pat Nio dan membuka usaha jamu Ny Idep di Cirebon. Tahun 1929 Liem Pat Nio, istri pertama Kwee Kwan Soen meninggal.

\"Setelah pertemuan pertama dengan Arniti di Kuningan Tahun 1930, tak lama kemudian Kwee Kwan Soen menikah dengan Arniti,\" ungkap Budayawan yang merupakan cucu Arniti, Jeremy Huang kepada Rakyat Cirebon (8/4).

5 April 1932 bertepatan dengan Hari Ceng Beng, lahirlah Kwee San Nio, putri pertama mereka. Betapa bahagianya Kwee Kwan Soen karena baru mendapatkan anak yang pertama. Pernikahan sebelumnya dengan Liem Pat Nio tidak memiliki anak. Anak pertamanya itu diberi nama San Nio, artinya Putri Gunung, seraya karena Arniti berasal dari Desa Pagundan, letaknya di bawah kaki Gunung Ciremai.

Tahun 1937 Kwee Kwan Soen membuatkan sebuah rumah untuk Arniti di Desa Pagundan. \"Rumah tersebut masih berdiri kokoh dan bentuk bangunannya tidak berubah sedari awal. Pada bagian atapnya masih ada tulisan: Rumah Artiniti, berdiri tanggal 28 Maret 1937,\" tutur Jeremy

Dari pernikahan Arniti dan Kwee Kwan Soen lahirlah Kwee San Nio, Kwee Siok Nio, Kwee San Liang, Kwee Swan Nio, Kwee San Liong, Kwee San Ling (Yanto Krisnadi), serta terakhir Kwee Swie Nio. Tahun 1944 Kwee San Liong meninggal karena sakit Malaria.

Tahun 1949 Kwee Kwan Soen meninggal dunia. Ketika itu, anak tertuanya baru berumur 17 tahun. Dan anak terkecilnya berusia 7 tahun. Pada 17 Januari 1972 Arniti pun wafat.

\"Arniti membesarkan enam anaknya bersama Kwee San Nio, sembari meneruskan usaha jamu Ny Idep dan berdagang tembakau,\" ujar Jeremy. (wan)

Sumber: