Alquran di Majalengka Berusia 350 Tahun; Tulis Tangan, Mushaf dari Kulit Kayu Asli

Alquran di Majalengka Berusia 350 Tahun; Tulis Tangan, Mushaf dari Kulit Kayu Asli

RAKYATCIREBON.ID - Ukurannya tiga kali lipat kitab Alquran pada umumnya. Tebalnya pun, dua kali lebih banyak. Bila dijengkal, ada sekitar lima jengkal tangan rata-rata orang dewasa Indonesia saat ini.

Saatmembukanya harus hati-hati. Tangan kasar dan serampangan tidak dianjurkan ketika membuka setiap halaman Alquran bertuliskan huruf-huruf Arab indah itu.

Alquran ini diklaim ditulis menggunakan tulisan tangan, dikerjakan secara manual. Tanpa ada sentuhan copy paste seperti yang mudah dikerjakan pada zaman teknologi saat ini.

Alquran yang tertera dibuat tahun 1650-an ini, juga terbuat dari kulit kayu asli. Dulu, tak ada cerita niron atau nyontek lewat kopi paste, seperti yang kerap dilakukan di zaman kemudahan teknologi canggih saat ini.

Disimpan dan dirawat oleh keturunan ketujuh Kiai Haji Muhammad Latifudin, atau dulu dikenal dengan nama Tubagus Latifudin. Keturunan ketujuh ini bernama Kuwu Hormat Pageraji Ridwanudin.

Ya, Alquran tulisan tangan ini sudah berusia 350-tahunan. Tiga setengah abad silam, seorang ulama yang memahami agama Islam berhasil menuliskan Alquran dengan tangannya sendiri.

Kemungkinan, ulama Latifudin itu menulis menggunakan bahan pewarna alami, karena pada saat itu, tinta berwarna belum ada.

Alquran dari kulit kayu ini masih utuh. Dijaga dan dirawat secara khusus. Hanya dibaca setahun sekali ketika ada haul. Dibaca bersama-sama warga. Dan yang dibacanya hanya surat Yasin.

“Hanya dibaca sekali dalam setahun, ketika haul saja,” ucap Kuwu Hormat Ridwanudin di rumahnya di Desa Pageraji, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka Rabu (31/3).

Kuwu Hormat Ridwanudin menambahkan Alquran tulisan tangan itu, sejatinya merupakan warisan turun-temurun yang sangat istimewa dan sangat berharga.

Hanya saja, karena bentuknya bukan kekayaan seperti emas dan perak, maka Alquran ini aman dari rebutan tangan-tangan jahat yang tak bertanggung jawab.

“Ini tuh warisan, warisan biasanya rebutan. Dalam hal ini, yang diperebutkan adalah isi dari pengetahuan Alquran. Secara garis besar, Alquran mengajarkan untuk jangan terlalu mengejar duniawi,” ungkapnya.

Keberadaan Alquran tulisan tangan berusia 350 tahun lebih itu, dulunya diceritakan pernah dibawa ke Madura. Hanya saja, saat itu kondisi di kota Madura tersebut ada bencana alam, angin puting, hujan deras dan menyebabkan banjir, maka singkat cerita Alquran ini tiba-tiba saja ada di Palang Dada atau kayu yang melintang merupakan rangka rumah, disebut juga umpak.

Kiai Latifudin juga masih tercatat ada hubungannya dengan Kerajaan Talaga Manggung. Juga ada hubungannya dengan Pamijahan, Kawunggirang dan Cijati. Namun, soal silsilah nasab keturunan ini detailnya kurang begitu pasti.

Sumber: