Kampung “Unik” di Desa Balagedog, Majalengka; Tak Pernah Lebih dari 7 Rumah

Kampung “Unik” di Desa Balagedog, Majalengka; Tak Pernah Lebih dari 7 Rumah

RAKYATCIREBON.ID - Tak hanya keindahan alam yang ada di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Namun, sisi lainnya banyak terdapat beragam kampung yang memiliki historis unik yang masih terjaga hingga saat ini.

Salahsatu kampung yang memiliki keunikan dan berbeda dengan tempat lainnya adalah Dusun Balemalang. Kampung ini berada di Desa Balagedog, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka.

Di sana, suasana begitu asri. Jauh dari hiruk pikuk kendaraan. Sehingga, membuat kampung ini sangat nyaman dikunjungi.

Konon, sejak dulu rumah di Balemalang tidak pernah bertambah, hanya diisi tujuh rumah. Bahkan, kini telah berkurang menjadi lima rumah dan satu bangunan musala.

Keberadaan jumlah rumah yang tidak pernah bertambah, menurut warga setempat, bukan karena mitos ataupun faktor lainnya. Namun karena memang stagnan secara alami. Penyebabnya, karena keturunan yang dilahirkan di Blok Balemalang, setelah dewasa akan tinggal di luar desa.

Sementara yang tetap tinggal di sana dan berumah tangga, namun tetap satu rumah dengan orang tuanya.

Kini, hanya terdapat lima rumah dengan jumlah enam Kepala Keluarga (KK) di Kampung Balemalang. Karena terdapat salah satu rumah yang ditempati dua KK.

Kelima keluarga yang tinggal di Balemalang adalah keluarga Tisna, Turiman, Sumanta, Sarhadi, dan Husen.

Kampung tersebut berjarak empat kilometer dari Kantor Desa yang sebenarnya memiliki akses jalan mulus beraspal. Hanya saja, untuk mencapainya tidak mudah. Apalagi dengan kendaraan roda dua. Karena kondisi jalan yang kecil dan menurun tajam.

Menurut Ketua Grup Majalengka Baheula (Grumala), Naro, Kampung Balemalang merupakan kampung yang terbilang tanggung. Sebab, kondisi alam yang terbentuk alami, tidak bisa ditambah bangunan rumah lainnya.

\"Orang pertama yang tinggal di sana adalah Buyut Rahan dan Babu Janati pada tahun 1920-an,\" ujar Mang Naro, Sabtu (20/3).

Untuk mata pencaharian warga, ada yang berdagang, membuat anyaman dari rotan maupun bambu. Tetapi, di sana rata-rata warganya bertani.

Namun lahan pertanian yang mereka garap bukanlah sawah yang ada di dekat rumahnya. Karena sawah yang ada di sekeliling pemukiman, justru milik orang lain dari luar daerah, termasuk warga Cirebon.

Mang Naro menjelaskan, kampung itu dinamakan Balemalang karena pada tahun 1930-an, di kampung tersebut dibangun sebuah kantor balai desa. Namun, karena menghalangi jalan, dipindahkan ke tempat lain hingga saat ini.

Sumber: