Lama Tak Pulang-pulang, Ternyata Tubuhnya Sudah Tergantung di Sekolah
RAKYATCIREBON.ID – Seorang penjaga Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pahlawan di Kecamatan Indramayu ditemukan tewas dengan tubuh tergantung di pada Rabu (20/1) malam. Kabarnya, korban berinisial WK (45) ini nekat mengakhiri hidupnya dengan cara tak lazim lantaran dikecewakan perempuan yang dipacarinya.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun koran ini, korban ditemukan sudah tidak bernyawa di gudang sekolah yang dijaganya. Saksi yang pertama kali melihatnya adalah rekannya sendiri sesama penjaga sekolah shif malam di Kelurahan Lemahmekar, Kecamatan Indramayu tersebut. Sebelum ditemukan tak bernyawa, korban yang tuna rungu dan wicara itu sempat memposting di laman akun Facebook miliknya. Isinya tentang kekecewaannya diselingkuhi oleh perempuan yang dipacarinya.
Sementara itu, pada malam itu sekitar pukul 20.45 WIB isteri korban, Fuadah dan adiknya mendatangi ke sekolah tersebut. Mereka kemudian bertemu Abdul Fakih rekan kerja korban yang saat itu sedang piket jaga malam. Isteri korban menanyakan keberadaan suaminya karena belum pulang ke rumah. Namun Abdul Fakih tidak mengetahui keberadaan korban saat itu.
Beberapa lama kemudian setelah isteri korban pergi, Abdul Fakih yang penasaran bergegas memantau lingkungan sekolah hingga memeriksa setiap ruangan. Lalu ia dikejutkan pemandangan tragis saat membuka pintu gudang sekolah, dilihatnya tubuh korban dalam kondisi tergantung dengan leher terjerat kain warna putih hijau. Tubuhnya terlihat sudah tidak bergerak.
Saat itu pula segera menghubungi pihak sekolah untuk memberitahukan kejadian yang dilihatnya. Kemudian diteruskan ke pihak kepolisian yang langsung mendatangi lokasi kejadian dan dilakukan olah TKP.
Kapolres Indramayu AKBP Hafidh Susilo Herlambang melalui Kapolsek Indramayu, AKP Suhendi membenarkan adanya peristiwa tersebut. Setelah proses olah TKP dan identifikasi, jenazah korban dibawa ke RSUD Indramayu untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dari pemeriksaan pada bagian tubuhnya tidak ditemukan adanya luka luar bekas kekerasan. “Keluarga menolak untuk dilakukan otopsi dengan alasan menerima kejadian tersebut sebagai takdir,” tandasnya. (tar)
Sumber: