Tjaroeban Matur Laku Ka Maestro: Mama Kandeg, Sanggar Seni Setiya Negara

Tjaroeban Matur Laku Ka Maestro: Mama Kandeg, Sanggar Seni Setiya Negara

RAKYATCIREBON.ID-Pementasan yang diinisiasi Teater Tjaroeban ini adalah sebuah persembahan yang diantaranya menampilkan Wayang Wong, Monolog, dan Macapat. Dengan niat sebagai persembahan bagi Mama Kandeg, Sang Maestro Wayang Wong Cirebonan, pementasan ini diselenggarakan secara Live on Facebook dan You Tube Teater Tjaroeban; @tjaroeban.inc pada tanggal 30 September, 2 & 4 Oktober 2020 Pukul 19.00 WIB Bertempat di Gedung Kesenian Nyimas Rarasantang. Komplek Perkantoran Bima, Cirebon.

Dilahirkan di desa Mayung 7 Juni 1909 (Alm) Mama Sutika atau lebih dikenal Ki Kandeg Padmajahadiwinata adalah Tokoh wayang wong Cirebonan. Seniman serba bisa ini selain dikenal sebagai dalang wayang wong dan wayang kulit, Mama Kandeg juga dikenal sebagai pembuat topeng, dalang macapat, penata wayang kulit, dan penari. Kepanjangan Padmajahadiwinata adalah nama hadiah dari Sultan Cirebon atas jasa-jasanya dalam mengabdikan seninya dalam lingkungan Istana pada masa itu. Kemudian Purwa Nata Senta adalah Gelar lain yang disandangnya dari Keraton.

\"\"

Berdiri sejak tahun 1968, Sanggar Seni Setiya Negara terletak di Desa Suranenggala Lor, Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon. Dengan arahan estetik Ki Kandeg, masa kejayaan ini membawa seni tradisi Cirebon lekat di masyarakat, penampilan yang dibawakan bukan hanya seni pertunjukan, namun juga pengalaman spiritual.

Bukan hanya estetik, pun momen etik yang puitik Sanggar Seni Setiya Negara yang dipimpin (Alm) Ki Kandeg melebarkan sayap kembara keahlian seninya ke ruang-ruang tradisi yang lebih intim dengan masyarakat Cirebon, tentu dengan para pegiat seni tradisi hingga meluas ke Jawa Barat. Wafatnya Ki Kandeg pada tahun 1991 pada usianya yang ke 87 tahun kemudian, mengantar sanggarnya mengalami kevakuman.

\"\"

Sebagai pemetaan, kami, Teater Tjaroeban melakukan pembacaan yang intim terhadap Beliau, Ki Kandeg yang namanya harum di hati pegiat seni, masyarakat Cirebon hingga mancanegara. Kegelisahan atas pembacaan seni tradisi yang luput dari perhatian dunia yang bergeser karena berbagai faktor. Kini, Pandemi. Masyarakat bergeser total ke dunia digital. Terbitlah niat untuk memberikan persembahan bagi sang maestro; Ki Kandeg Padmajahadiwinata.

Merealisasikan niat luhur tersebut, Pementasan virtual ini akan mempersembahkan pertunjukan Wayang Wong dari Sanggar Setiya Negara, pertunjukan teater berupa Monolog Ki Bagus Rangin oleh Teater Tjaroeban, serta pertunjukan Macapat tuturan dari Sanggar Setiya Negara.

Pertunjukan Wayang Wong (orang) cirebonan ini menampilkan pertunjukan pewayangan Sumantri Gugur yang diperankan dengan media aktor, atau orang sebagai tokoh atau karakter dalam kisahnya. Ciri khas Sanggar Seni Setiya Negara Wayang Wong ini dibawakan dengan dalang dan aktor menggunakan topeng, kemudian; Monolog.

Disutradarai Ade Fatchullah Hisyam (Ade Bedul) Monolog Ki Bagus Rangin Oleh Teater Tjaroeban ini bercerita tentang semangat juang rakyat Cirebon melawan masa penjajahan Hindia Belanda di wilayah Cirebon. Gelora Perlawanan Rakyat di bawah pimpinan Ki Bagus Rangin Pada Tahun 1818 meletuskan puncak perlawanan melawan penjajah di Desa Kedongdong, Kabupaten Cirebon.  dan terakhir; Macapat.

Macapat yang juga ditampilkan sebagai pertunjukan virtual, adalah tuturan langsung dari murid-murid sepuh Mama Kandeg. Macapat yang dilagukan ini mengisahkan Babad Cirebon yang tentu dengan spirit dan ciri khas tuturan dari Sanggar Setiya Negara.

Sumber: