Bicara Wabah, SKI IAIN Cirebon Gelar Seminar Online Nasional
RAKYATCIREBON.ID - Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menggelar acara seminar nasional daring, Rabu (22/7).
Acara kali ini mengusung tema Pandemi dalam Catatan Sejarah dan Arkeologi dan berlangsung via zoom meeting dengan menghadirkan narasumber dari Balai Arkeologi Jawa Barat dan Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon, Jawa Barat.
Ketua Jurusan SKI IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Aah Syafaah MAg dalam sambutannya mengatakan bahwasanya acara ini merupakan bagian ikhtiar jurusan untuk dapat mengupas fenomena pandemi yang tengah terjadi dan mewabah saat ini,
“Oleh karena itu, jurusan Sejarah Kebudayaan Islam mengadakan acara seminar online nasional ini dengan mengusung tema Pandemi dalam Catatan Sejarah dan Arkeologi,” katanya.
Dalam paparannya Kepala Balai Arkeologi Jawa Barat, Deni Sutrisna SS MHum diungkapkan bahwasanya pandemi adalah fenomena yang sudah terjadi sejak lama. Pandemi sendiri menurutnya merupakan kejadian yang sudah mempunyai beberapa catatan yang sudah ditulis oleh para pujangga yang hidup pada masa tersebut.
“Salah satu sumber naskah lokal yang bercerita mengenai pandemi penyakit ialah cerita pada naskah calon arang. Naskah ini, berkisah tentang Janda bernama Calon Arang dari Desa Girah memiliki anak perempuan cantik bernama Ratna Manggali. Sang ibu merupakan orang sakti dan bengis, tak ada satu pemuda pun yg berani melamar anaknya. Sang Ibu sakit hati dan kemudian melakukan ritual kepada Batari Durga. Doanya Terkabul permohonannya, kemudian mengirim wabah penyakit kepada penduduk desa dan menyebabkan penduduk banyak yamg meninggal,” ujar dia..
Tak kalah menarik, Budayawan Cirebon, Drh Bambang Irianto dalam hal ini juga memaparkan bahwasanya dalam aspek tertentu, zikir-zikir dapat menjadi solusi alternatif dalam mengatasi pandemi virus yang ada secara mental. Tentunya, tetap patuh terhadap protokol kesehatan yang dilberlakukan oleh pemerintah serta minum jamu-jamuan yang resepnya sudah ada sejak jaman nenek moyang.
“Namun jangan lupa, yang terpenting adalah kita tetap harus menggunakan protokol kesehatan,” tandasnya.
Di sisi lain, Sejarawan dan sekaligus Ketua Jurusan S-3 PAI Didin Nurul Rosidin MA PhD menjelaskan dalam paparannya, pandemi merupakan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu peradaban masyarakat dunia. Dalam catatan-catatan sejarah yang ada, pandemi merupakan pencetus dari berbagai peristiwa besar yang kemudian terjadi setelahnya.
“Tampil dengan seribu wajah. Pandemi hadir dalam setiap peradaban manusia. Wabah ini silih berganti mengancam eksistensi kehidupan. Menariknya, dalam setiap situasi pandemi, terjadi konstruksi sosial yang menyertainya,” katanya.
Lebih lanjut, ia mencontohkan beberapa kejadian yang akar utamanya berasal dari kejadian pandemi yang sebelumnya terjadi.
“Seperti pada contoh wabah black death di benua Eropa, telah meruntuhkan sistem feodalisme lama ketika tenaga kerja yang sedikit memiliki daya tawar yang tinggi. Sistem ekonomi mulai berpindah dari pemilik tanah ke pemilik modal. Dimulainya proses pengenalan teknologi dalam industri untuk menggantikan posisi dan tenaga manusia yang terbatas serta permulaan masa explorasi dan imprealisme Eropa. Di sisi lain, era Dinasti Ming daratan hancur di Cina. Salah satu penyebab utama, adanya wabah pes dan malaria yang menewaskan lebih dari separuh penduduk. Hal itu memudahkan Dinasti Qing kemudian menjadi berkuasa,” tukas dia. (wan)
Sumber: