Shelter Cipto Dibilang Mirip Kandang Kuda, PKL Tak Mau Menempati

Shelter Cipto Dibilang Mirip Kandang Kuda, PKL Tak Mau Menempati

\"pkl

RAKYATCIREBON.CO.ID  - Para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di sepanjang jalan Cipto menolak untuk menempati Shelter baru yang sudah dibangun Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (DPKUKM) Kota Cirebon.

Minggu (14/01) kemarin, puluhan pedagang beramai-ramai menempelkan spanduk berisikan penolakan di depan shelter yang baru selesai tersebut. Bahkan, mereka membawa kuda untuk menggambarkan bahwa shelter tersebut lebih pantas untuk kandang kuda daripada untuk berdagang.

Salahsatu pedagang di jalan Cipto yang ikut menolak, Herman menyampaikan bahwa penolakan yang dilakukan para pedagang didasarkan beberapa alasan, diantaranya adalah struktur bangunan yang dianggap kurang representatif untuk berdagang.

\"Pedagang menolak karena tempatnya kurang layak mas, kalau lokasi mah oke lah strategis, tapi lihat sendiri, shelter ini lebih pantas untuk kandang kuda,\" ungkap pedagang Soto yang sehari-hari mangkal di samping Republik Cafe tersebut.

Selain itu, dituturkan Herman, terlalu pendeknya jarak antara lantai dan atap dikhawatirkan akan berimbas pada kenyamanan pelanggan, ditambah lagi lahan parkir yang sangat terbatas semakin membuat mereka khawatir kehilangan pelanggan.

\"Bagaimana pembeli akan nyaman mas, belum kalau penuh pasti akan sangat panas sekali, parkirnya juga sempit, hitunglah ada 70 pedagang, semua bawa motor. Untuk parkir pedagangnya saja tidak akan cukup apalagi disamping ada Markaz, pasti mereka lebih memilih kesana,\" tutur Herman.

Oleh karena itu, jika tetap tidak ada upaya perbaikan demi kenyamanan pembeli, ditegaskan Herman para pedagang akan menolak untuk dipindahkan.

\"Kami minta, ya minimal ditinggikan mas, supaya ada pintu masuk udara agar tidak pengap, selain itu stand untuk pedagang agar bisa diperlebar, kalau ukurannya seperti itu, untuk gerobak saya saja tidak akan muat,\" tegas Herman.

Sementara itu, ketua Forum PKL Kota Cirebon, Erlinus Thahar meminta kepada dinas terkait untuk segera mengambil langkah, jika keadaan shelter di Jalan Cipto masih seperti itu maka para pedagang akan memilih untuk menetap dan menolak untuk dipindah.

\"Dinas harus bertanggung jawab dengan kenyamanan pembeli, karena kalau mereka tidak nyaman karena struktur shelter, maka tentu mereka akan kabur dan pada pedagang akan kehilangan pelanggannya,\" ungkap Erlinus.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (DPKUKM) Kota Cirebon, Ir Yati Rochayati meminta agar para pedagang bersabar dan mengikuti pengarahan terlebih dahulu seperti yang sudah disosialisasikan pihaknya.

\"Saya harap, sekarang tempati saja dulu, bersabar dulu karena kan itu fasilitas yang kami sediakan untuk para pedagang,\" ungkap Yati saat diwawancarai wartawan koran ini, kemarin.
Mengenai bangunan shelter yang ada di seberang SMKN 2 Kota Cirebon tersebut, Yati pun mengakui bahwa dalam proses pembangunannya telah terjadi kesalahan penghitungan dari pihak pelaksana.

Dimana ukuran tinggi yang ditetapkan sekitar 3 meter, yang harusnya dihitung mulai dari lahan setelah dilakukan pengurugan, akan tetapi pihak penggarap menghitung ukuran tersebut dari posisi tanah sebelum diurug.

\"Memang kita lihat ada kesalahan, tingginya itu sebenarnya di perencanaan sudah sesuai, tapi dihitung dari lahan setelah diurug. Kita tidak menyalahkan siapapun, karena memang kontur tanah disana bekas lahan sawah juga, jadi agak rendah,\" lanjut Yati.

Meskipun demikian, saat ini pembangunan sudah selesai dilaksanakan dan tidak mungkin jika harus dibongkar ulang. Maka dari itu, Yati mengharapkan agar setelah dilaunching nanti, para pedagang menempati shelter tersebut terlebih dahulu, dan pihaknya pun akan melakukan pembenahan agar dampak kekurang nyamanan pelanggan yang dikhawatirkan para pedagang bisa diatasi.

\"Shelter itu akan kita launching secepatnya, sekarang tempati saja dulu, nanti kita akan sempurnakan, karena saya juga sudah ngobrol ke Pa Sekda, nanti akan ada pembenahan lagi, karena kan tidak mungkin kalau dibongkar lagi,\" kata Yati. (sep)

Sumber: