Perajin Rajungan Sulit Lepas dari Jeratan Tengkulak

Perajin Rajungan Sulit Lepas dari Jeratan Tengkulak

CIREBON –  Rencana pengembangan perekonomian berbasis kelautan di Cirebon raya terus diletupkan. Belum Lama ini, Kementrian Kelautan dan Perikanan RI melalui Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau Kecil, Balok Budyanto mendorong  Pemda Cirebon melakukan penguatan poros maritim sebagai basis perekonomian masyarakat.
\"pemkot
Balok Budyanto. Foto: Suwandi/Rakyat Cirebon
Menurutnya, sebagai daerah pesisir Cirebon punya potensi yang bisa digali untuk menggerakan perekonomian masyarakat. Hal itu sejalan dengan masih banyaknya  jumlah nelayan  aktif di Cirebon.

Oleh karena itu, lanjut dia, sektor kelautan menjadi perhatian  baru pembangunan. “Oleh karenanya laut juga perlu dibenahi dan ini menjadi salah satu rujukan bagi kita yang hidup di pesisir,” jelasnya.

Rencana penguatan ekonomi kelautan, oleh Balok bakal di fokuskan pada  sektor industri pengolahan. Sebagai salah satu penghasil produk kelautan terbesar, laut Cirebon  layak menjadi sentra industri kelautan di Jawa Barat.

“Saya dengar di sini juga ada nelayan rajungan  dan potensinya itu besar. Sudah ada industrinya. Ini perlu kita kembangkan lebih lanjut lagi agar  nelayan pesisir yang ada di Cirebon ini lebih mudah dalam menjual produk,” tuturnya.

Sementara itu, salah satu nelayan rajungan asal  Kecamatan Mundu, Tomy menjelaskan, salah satu kendala sulit terpenuhinya kesejahteraan  nelayan Cirebon ialah penyerapan hasil tangkap  belum maksimal.

Tomy menuturkan, selama ini nelayan rajungan hanya  bisa menjual hasil melaut pada tengkulak dengan bayaran rendah. Sedangkan hasil tangkapan  sangat dipengaruhi oleh cuaca. Jika sedang musim, nelayan mampu menghasilkan  lebih dari 50 kilogram rajungan dalam sekali melaut.

Satu kg rajungan segar dihargai Rp70 ribu di tingkat  tengkulak. Sedangkan  daging rajungan yang sudah dikupas, bisa dijual hingga Rp220 ribu per kilogram. Harga tersebut masih relatif rendah jika menghitung biasa operasional.

Apalagi, kata dia, nelayan rajungan  sulit menjual hasil tangkap ke pihak lain karena biasanya sudah terikat dengan salah satu tengkulak. “Karena banyak nelayan yang  perahunya saja dari bos (tengkulak, red), jadi ngejualnya harus ke bos itu lagi,” tuturnya. (wan)

Sumber: