Enam Yatim Piatu Kakak Beradik Sulit Dapat Rutilahu

Enam Yatim Piatu Kakak Beradik Sulit Dapat Rutilahu

KEDAWUNG - Pemerintah Desa Pilangsari dan Pemerintah Kecamatan Kedawung siap untuk membangun rumah layak huni untuk enam kakak beradik yatim piatu yang tinggal di bantaran tanggul irigasi. 
\"pemdes
Pemdes Pilangsari kunjungi kediaman enam kakak beradik yatim piatu. Foto: Dandy/Rakyat Cirebon 
Namun, kata Camat Kedawung, Hermawan, kendalanya karena keenam yatim piatu itu tidak punya tanah sejengkal pun. 

Si kembar Miki dan Diki, serta  keempat adik-adiknya selama ini tinggal di bantaran saluran irigasi di bawah kewenangan BBWS Cimanuk-Cisanggarung, yang mana suatu saat bisa saja terjadi penggusuran.

“Enam anak yatim ini tinggal di tanggul saluran irigasi, dan mereka  yatim piatu. Kami dari pemerintah desa maupun pemerintah Kecamatan siap membangun rumah layak huni untuk 6 yatim ini, cuma kendalanya kan masalah tanah saja,” ujar Wawan sapaan akrab Hermawan, saat dikonfirmasi awak media, Rabu (30/8).

Dikatakan Wawan, pembangunan rutilahu bisa dilaksankana dengan catatan tanah yang akan dibangun rutilahu merupakan tanah pribadi, bukan tanah milik irigasi atau tanah sengketa. Sementara 6 anak yatim piatu ini dipastikan tidak memiliki tanah sedikit pun di Desa Pilangsari.

“Kalau ada warga yang mau mewakafkan tanahnya khususnya di desa Pilangsari ini, kami sudah siapkan anggaran untuk membangun rumah untuk 6 yatim ini, karena sejauh ini kami dari pemerintah juga sebenarnya sudah melakukan upaya-upaya agar 6 yatim piatu ini mendapatkan bantuan rutilahu, namun kembali lagi masalahnya adalah tanah,” tandasnya.

Sementara itu, Kuwu Pilang, Muadi juga mengatakan, pihak desa selalu memberikan prioritas kepada Miki dan adik-adiknya itu dari ibunya masih ada sampai sudah meninggal, karena memang meraka berhak mendapatkan perhatian itu.

“Setiap ada bantuan, pelayanan kesehatan maupun program lain di desa mereka selalu saya prioritaskan, karena bagimanapun mereka adalah anak yatim piatu yang harus diperhatikan pemerintah,” tegas Muadi.

Muadi  mengaku dirinya seringkali membujuk keenam bersaudara ini untuk terus melanjutkan sekolahnya, tidak sedikit lembaga yang bersedia menerima mereka untuk sekolah dengan gratis. Tetapi sampai saat ini belum ada kemaun dari anaknya itu sendiri.

“Jadi jangan beranggapan kami pemerintah desa tidak memperhatikan. Masyarakat sekitar rumah mereka menyaksikan sendiri bagimana kami selalu memprioritaskan mereka di setiap program yang kaitannya dengan bantuan,” tambahnya (dym)

Sumber: