Jangan Jual Daging Gelonggongan

Jangan Jual Daging Gelonggongan

MAJALENGKA - Meningkatnya permintaan daging menjelang Lebaran, dimanfaatkan oknum pedagang untuk mengeruk keuntungan besar. Masyarakat harus lebih waspada terhadap kemungkinan beredarnya daging gelonggongan.
\"waspadai
Pedagang daging di pasar Jagasatru. Foto: Suwandi/Rakyat Cirebon
Ketua Yayasan lembaga bantuan konsumen (YLBK) kabupaten Majalengka, Dede Aryana SH mengatakan, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk cerdas memilih dan membedakan mana daging yang bagus maupun yang jelek termasuk tiren dan gelonggongan.

\"Kami berharap masyarakat agar lebih mewaspadai kemungkinan beredarnya daging gelonggongan. Praktik curang untuk meningkatkan bobot daging tersebut, sebelumnya dijumpai saat menjelang Lebaran, di luar Majalengka,\" ungkap Dede, Kamis (22/6).

Menurutnya, daging yang digelonggong, tidak hanya sapi, akan tetapi juga dilakukan terhadap daging ayam. Tingginya kadar air, mengakibatkan daging yang digelonggong lebih mudah membusuk. Selain itu juga rentan atau mudah terinveksi bakteri atau penyakit.

\"Perlu diingat, daging gelonggongan tidak hanya daging sapi, akan tetapi juga daging ayam. Beberapa bagian tubuh ayam disuntik. Sehingga beratnya bertambah. Daging gelonggongan juga tidak digantung, akan tetapi diletakkan,\" ujarnya. 

Apabila daging gelonggongan digantung, lanjutnya, dalam waktu relatif cepat beratnya akan menyusut. Hal itu disebabkan karena air yang ada diserat daging mengalir keluar.  Ciri lain yang mudah dikenali, lanjutnya, warna daging lebih pucat. 

Ketika ditekan, daging terasa lebih lembek. Berbeda dengan daging biasa, tampak lembab, akan tetapi tidak basah. 

\"Daging biasa jika dipegang lebih kenyal, dan warnanya merah tua. Berbeda dengan daging gelonggongan, warna pucat. Selain itu yang digelonggong juga proses pembusukannya lebih cepat. Saya berharap masyarakat juga menjadi konsumen yang pintar,\" ujarnya. 

Namun dirinya mengatakan, hasil pemeriksaan berkala peredaran daging di Majalengka, hingga saat ini belum menemukan daging gelonggongan, baik daging sapi maupun ayam. Namun demikian, dia berharap tidak hanya konsumen, pedagang juga harus memelihara kepercayaan konsumen. 

\"Sampai saat ini, belum ada kasus penemuandaging yang mencurigakan di Majalengka. Saya juga berharap pedagang tidak memanfaatkan masa lebaran untuk semata-mata mengeruk untung besar. Masyarakat juga harus cerdas dalam memilih daging yang aman, sehat, dan halal,\" ujarnya.

Sementara itu, sejak sepuluh hari terakhir Ramadan, harga daging kambing di pasar induk Jagasatru, Kota Cirebon bertengger di angka Rp140 ribu per kilogram.

Biasanya, daging kambing dijual dengan harga Rp120 ribu per kilogram. Harga tersebut membuat harga daging kambing lebih mahal ketimbangan daging sapi.

Agus, salah satu pedagang daging kambing di  pasar tersebut menuturkan, kenaikan harga daging kambing salah satunya  dipicu meningkatnya permintaan  daging dari pedagang sate  kambing. Sehingga dalam sehari dia bisa menjual sampai dengan 2 kuintal daging segar.

“Sekarang harganya Rp140 ribu per kilogram. Karena banyak permintaan juga dari warung makan kaya haji Apud itu pesennya ke sini,” ungkap Agus, kepada Rakyat Cirebon, kemarin.

Selain menjual daging kambing, Agus juga menjual daging  kambiung kreweda dengan harga Rp100 ribu, tulang kambing seharga Rp100 dan tulang daging  seharga Rp110 ribu.

Bandingkan dengan harga daging sapi. Saat ini harga daging sapi di pasaran, terutama pasar tradisional rata – rata dijual di atas harga yang dipatok pemerintah dengan harga eceran tertinggi (HET) senilai Rp80 ribu saja.

Meski begitu, harga daging sapi ternyata lebih murah ketimbang harga daging kambing, yakni berkisar Rp120 ribu per kilogram. 

Abdul Rozak, pedagang daging sapi di pasar yang sama menuturkan, harga daging saat cenderung stabil. Hanya saja, permintaan daging jelang lebaran yang hampir pasti meningkat akan membuat fluktuasi harga kembali terjadi.

Di kiosnya, Rozak menjual krewedan sapi seharga Rp110,  dan daging cincang Rp85 ribu. Meski harga dipatok lebih tinggi dari HET, permintaan daging segar di pasaran tetap tinggi. “Permintaan meningkat, biasanya 50 kilogram, sekarang bisa sampai 2 kuintal terjual,” ujarnya.

Kenaikan harga juga dialami daging ayam potong.  Beberapa hari sebelumnya harga daging ayam berkisar di angka Rp30 ribu sampai Rp32 ribu. Saat ini sudah menyentuh Rp34 ribu per kilogram. (hsn/wan)

Sumber: