Pencabutan Subsidi Listrik Pincu Inflasi
Senin 12-06-2017,01:00 WIB
LEMAHWUNGKUK – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon merilis pada Mei 2017, Kota Cirebon mengalami inflasi sebesar 0,64 persen. Angka tersebut membuat Kota Cirebon mengalami inflasi tertinggi se-Jawa Barat.
|
M Abdul Majid Ikram (kedua kiri). Foto: Suwandi/Rakyat Cirebon |
Inflasi salah satunya disebabkan tingginya kebutuhan konsumsi masyakat Kota Cirebon selama Ramadan. Tak hanya konsumsi bahan pangan, yang paling terasa pada inflasi di bulan – bulan yang berbarengan dengan bulan Ramadan adalah penggunaan listrik.
Kenaikan pencabutan listrik bersubsidi menjadi salah satu faktor tingginya inflasi di Kota Cirebon. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Cirebon M Abdul Majid Ikram menjelaskan, potensi inflasi tinggi masih menghantui Kota Cirebon.
“Mei kemarin, inflasi mencapai 0,6 persen. Ini mengenai kenaikan listrik. Ini kenaikan listrik nampaknya masih akan terus berlangsung walaupun harapan di Juni ini saya juga agak sedikit worry. Karena kalau bulan puasa itu malam juga beraktivitas. Jadi, konsumsi listrik akan semakin meningkat,” ungkap Majid saat gelar Deseminasi Perkembangan Ekonomi Ciayumajakuning, kemarin.
Berdasarkan rilis BPS, kenaikan tarif listrik mendompleng presentase inflasi terbesar kedua. Yakni, sekitar 1,04 persen setelah kelompok bahan makanan yang menyumbang inflasi 1,74 persen. Tarif listrik masih akan menjadi pemicu inflasi pada bulan berikutnya.
Selain itu, kata dia, inflasi juga rawan terjadi. Karena ada isu gaji 13 PNS yang akan dicairkan berbarengan dengan pencairan tunjangan hari raya (THR). Oleh karena itu, Majid mengimbau masyarakat agar tidak tergiur untuk berbelanja berlebihan selama Ramadan.
“Terkait dengan apa yang terjadi ke depannya, kami melihat potensi resiko inflasi masih cukup kuat. Terutama dari peningkatan permintaan. Apalagi terus terang kami dapat info PNS masih dapat gaji 13 dan THR. Jadi, menjadi daya ungkit untuk konsumsi,” ujarnya.
Terkait kenaikan beberapa bahan makanan, Majid mengabarkan, pihaknya akan melakukan sejumlah terobosan untuk stabilisai harga. Misalnya, dengan mengadakan operasi pasar murah yang dialokasikan di pasar – pasar tradisional.
“Kami melihat masih ada beberapa harga bahan makanan masih terjaga bahkan ada yang turun. Contohnya, minyak dan telur. Kalau ada kenaikan kami akan melakukan sejumlah tindakan untuk stabilisasi harga,” pungkasnya. (wan)
Sumber: