Atlet dan Guru Olahraga Ngamuk di DKOKP

Atlet dan Guru Olahraga Ngamuk di DKOKP

CIREBON – Puluhan atlet dan pelatih cabor yang sudah berjuang di Popwilda menggeruduk kantor Dinas Kepemudaan, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (DKOKP), Kamis (26/5). Mereka menuntut kejelasan transparansi anggaran Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL) yang tidak manusiawi bagi atlet, pelatih dan official.
\"kantor
Atlet demo DKOKP. Foto: Kim/Rakyat Cirebon
Ketua Ikatan Guru Olahraga Kota Cirebon Dr Dedi Kenedi mengatakan, aksi yang dilakukannya bersama para atlet dan guru olahraga lainnya merupakan bentuk protes terkait transparansi anggaran Popwil yang dianggapnya janggal. \"Ini soal komunikasi yang tidak jelas soal anggaran dalam Popwil,\" kata dia.

Dan pihaknya, untuk menyampaikan aspirasi apa yang dirasakan ketika jalannya Popwil di Pangandaran, dari mulai awal persiapan sampai selesai acara sebenarnya para atlet, pelatih, serta official berusaha memberikan yang terbaik untuk Kota Cirebon. \"Akan tetapi pihaknya sangat kaget manakala ada informasi bahwa setelah Bapopsi mengkalkulasi anggaran Rp300 juta,\" kata dia.

San setelah disusun kemudian diberikan ke dinas terkait, justeru dinas tidak ada komunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk membicarakan anggaran sebelum menjadi DPA. \"Dengan ini, kami kecewe ketika dari Bapopsi mengajukan rincian anggaran ke dinas, malahan dinasnya merancang sendiri. Setelah jadi DPA anggaran untuk para atlet pelatih, malah sangat tidak layak,” katanya.

Meski dalam aksi tersebut, masa aksi langsung diajak beraudiensi di ruangan kepala dinas Disporbudpar.

Dedi menambahkan, hal itu, sangat ironis, ketika di Pangandaran selama 5 hari, atlet hanya diberi sebesar Rp162 ribu makan seadanya. \"Dan bahkan, penginapan pun seadanya. Kenapa seperti ini bisa terjadi, pihak dinas harus ada keterbukaan atas anggaran yang ada,\" kata dia.

Hal tersebut, kata dia, dikarenakan kurang adanya komunikasi kenapa DKOKP tidak ada komunikasi. Hingga yang menjadi korban adalah atlet dan official. \"Kok masa tega pisan cuma Rp162 ribu untuk 5 hari. Jangan sampai menelantarkan atlet. Kalau begini kami tidak akan percaya lagi, sangat tidak manusiawi diperlakukan seperti ini,\" kata dia.

Salah satu atlet sepak bola, Ikbal, mengungkapkan, atlet Kota Cirebon, kata dia, seakan terlantar saat Popwil di Pangandaran.

\"Saat pertama sampai di sana, para atlet seperti tidak mempunyai tempat. Malam baru bisa masuk ke dalam penginapan,\" kata dia.

Kemudian, kata dia, saat pembukaan Popwil, banyak kekurangan yang menjadi bahan pembicaraan atlet. \"Bahkan, pelatih dari daerah lain membahas kekurangan Kota Cirebon. Karena hanya Kota Cirebon sendiri yang perlengkapannya sangat kurang,\" kata dia.

Dengan demikian, dirinya mempertanyakan kenapa Kota Cirebon, fasilitasnya minim. \"Bahkan, tidak selengkap fasilitas yang dimiliki oleh daerah lain. Sebenarnya banyak atlet yang putus asa karena tidak mendapatkan hak yang layak dari Pemkot Cirebon waktu itu,” katanya.

Senada dengan Ikbal, Ketua Bapopsi, H Selamet juga mengungkapkan keperihatinannya. Saat para atlet dan official datang ke Pangandaran, seolah-olah semua atlet, pelatih dan official di terlantarkan begitu saja. 

\"Waktu itu tidur tidak bisa. Dan makan belum dapat. Apalagi, waktu itu jam 10 malam baru masuk penginapan,\" kata dia.

Ditambah lagi, disana para atlet makan pagi hanya dengan nasi kuning yang menurutnya, sangat tidak layak untuk para atlet. “Disana, kami tidak dimanusawikan. Saya sedih dengan kondisi yang seperti ini. Dinas harus bertanggung jawab penuh dalam hal ini,\" kata dia. (kim)

Sumber: