Sering ‘Ronda’ di Rumah Janda Muda Pamong Desa Kena Batunya

Sering ‘Ronda’ di Rumah Janda Muda Pamong Desa Kena Batunya

MENJADI aparat pemerintah desa, bagi Tono sudah membanggakan hidupnya. Tetapi, kelemahan Tono adalah mudah sekali tergoda. Terutama tergoda oleh janda yang ada di desanya. Hingga pada suatu malam, Tono berpamitan kepada istrinya di rumah untuk melaksanakan ronda. Sudah bisa ditebak, Tono akhirnya ronda dimana… Ah, benar-benar celaka dua belas.
\"ilustrasi
Ilustrasi diintip saat di rumah janda. image by jawapos.com
Sehari-hari, Tono yang tahun ini memasuki usia 44 tahun, bekerja sebagai salah satu pamong desa, yang terletak di bagian Timur Kabupaten Majalengka. Sebagai Kasi Aset di pemerintahan desanya, Tono sudah punya  penghasilan tetap atau siltap. Warga pun merasa segan kepada Tono, karena tugasnya sebagai aparat desa menjadikannya disebut sebagai pengayom serta pelindung warga.

Karena alasan sebagai pengayom dan pelindung itulah, Tono seperti merasa diri punya kewajiban untuk mengayomi dan melindungi salah satu warga desanya, Tini, seorang mahmud (mamah muda). yang usianya 25 tahun. Bagi Tono, Tini lebih spesial karena ia seorang janda. 

Aura Tini rupanya mampu membuat Tono seperti menjadi abege lagi. Mendadak jatuh cinta. Sampai-sampai ia melupakan istrinya di rumah, yang tergolong perempuan cantik, dan segala kesuksesan dunia yang sudah diraih bersama keluarga kecilnya. Istri cantik, rumah ada, bahkan mobil keluaran Jepang pun sudah dimiliki. 

Mungkin, pikir Tono, ada satu yang belum ia miliki. Yaitu Tini, yang terus membayangi ketika dirinya melangkahkan kaki untuk melakukan ronda dan menjaga lingkungan. Kakinya seperti kena magnet, setiap ronda malam, seperti sudah belok sendiri ke rumah Tini. Dengan alasan pembinaan dan pengawasan lingkungan, Tono berada di rumah Tini sampe larut malam. 

Sekali, dua kali, tiga kali, pembinaan spesial Tono terhadap Tini berlangsung aman. Hingga akhirnya, warga yang ikut ronda curiga atas ulah Tono, yang betah hingga larut malam di rumah janda kembang itu. 

Tono akhirnya kena batunya ketika warga memergokinya sedang berdua di rumah Tini pada pukul 02.00 dini hari. Warga marah. Dengan alasan apapun, sebagai petugas ronda atau sebagai tamu, tidak dibenarkan pria berduaan dengan wanita yang bukan muhrimnya, apalagi hingga larut malam. 

Pagi harinya desanya mendadak heboh. Masyarakat mulai protes terhadap perilaku Tono, yang tak lain sebagai aparat desa. Kepala desanya pun didesak untuk memecat Tono dari aparat desa, karena dianggap sudah mencoreng nama desa.

Protes masyarakat terus bergulir. Kasusnya kemudian dibawa ke meja rapat Badan Permusyawaratan Desa (BPD), kepala desa dan tokoh masyarakat. Hasilnya;  kepala desa men-cukup-kan masa bakti Tono di pemerintah desa sampai akhir Februari 2017 ini saja. Tono kena PHK. Selanjutnya, Tono kembali menjadi pengangguran dan sudah seminggu terakhir ini terpaksa tidur beralaskan tikar di teras rumahnya. (pai)


Sumber: